Senin, 11 Desember 2017

Mengkaji Rahasia Ilmu Laduni

Rahasia ahli kitab yang mampu memindahkah kursi Ratu Bilqis sebagaimana di kisahkan Al qur an hingga kini masih merupakan misteri. Menimbulkan tanda tanya besar dan spekulasi tersendiri bagi kalangan umat Islam. Apakah ilmu tersebut hanya dongengan saja ?. Ataukah ilmu tersebut masih bertahan hingga kini.

Al qur an pasti tidak mungkin memberitakan , jikalau hanya sekedar sebuah dongengan pengantar tidur saja. Pasti ada rahasia yang sangat besar di balik pengungkapan berita tersebut.
Apapun yang diberitakan Al qur an adalah sebuah kepastian, hukum sunatulloh, yang berlaku dari dahulu, kini, hingga nanti. Meliputi seluruh peradaban manusia dan alam semesta. Jadi logikanya ilmu tersebut pasti masih ada dalam kesadaran umat manusia hingga kini.

Dan sebenarnya rahasia apa (hikmah) yang diajarkan Allah kepada orang tersebut. Apakah yang di maksud dengan hikmah dari kitab-kitab-Nya ? Sehingga (ketika) seseorang telah mampu memahami hikmah dari kitab-kitab-Nya, orang tersebut akan memiliki kemampuan luar biasa

Banyak sekali kajian yang mencoba mengungkapkannya, dengan segala wahana yang di tawarkan. Kajian ini mencoba memberikan pembanding bagi kajian-kajian lainnya. Memberikan alternatif pemikiran. Bagaimana seharusnya kita menyikapi berita (kisah) Al qur an tersebut ?

Banyak sudah kajian yang membahas perihal Ilmu Laduni ini. Ada sebagian orang yang menghubungkan ilmu ini dengan kekuatan ghaib, karomah, kesaktian dan lain sebagainya. Ada lagi yang percaya bahwa orang yang memiliki ilmu ini akan memiliki kemampuan membuka berita-berita ghaib.

Sehingga orang yang memiliki ilmu ini akan mampu meramalkan kejadian yang bakalan terjadi, sebagaimana yang di isyaratkan dalam hikayat nabi Khidir. Karenanya, orang kemudian percaya dan meyakini bahwa ilmu ini hanyalah milik para nabi dan para wali saja.

Ilmu Laduni telah di persepsikan, dikontruksikan sedemikian rupa, berkaitan dengan karomah dan lainnya, sehingga jika kemudian ada orang yang mengaku memiliki kemampuan mendekati persepsi ini, maka orang tersebut akan di puja-puja bagai orang sakti, sebagaimana orang yang dianggap setingkat para wali.
Begitu terpesonanya manusia melihat kehebatan yang dipertunjukannya. Sehingga mereka lupa bahwa bukan itu hakekat Ilmu Laduni. Kehebatan Ilmu Laduni yang disangkakan akhirnya menjadi tujuan para pemuja ilmu.

Sebuah ironi atas ilmu, jika ada permintaan maka ada penawaran begitulah hukumnya. Ketika orang tergila-gila dengan ilmu tersebut, maka ada sebagian orang lainnya yang melakukan klaim bahwa dirinya telah memiliki ilmu yang dimaksud. Seperti semut bertemu gula, begitulah keadaannya. Pemilik ilmu kemudian dikerumuni, di puja di perlakukan bak raja, titahnya adalah titah sang pendito ratu.

Maka bermuncullah orang-orang yang mengaku aku telah memiliki ilmu Laduni dan bahkan katanya mampu mengajarkan ilmu tersebut. Munculah fenomena para dukun yang berkolaborasi dengan para jin, mengaku memiliki ilmu Laduni, biar semakin laris dagangan mereka karena dianggap wali atau orang tua sakti.

Ilmu Laduni biasa juga di sebut dengan Ilmu Hikmah adalah Ilmu Hati. Pada awalnya, Ilmu ini lebih banyak membicarakan perihal penyingkapan hati, teori tentang Dzauk (rahsa) dan Kasyaf. Jika hati sudah bening maka jiwa diharapkan akan mampu membaca dan menangkap kehendak-kehendak Allah. Bahkan sampai kepada membaca Lauh Mahfudz.

Dalam dimensi inilah kemudian orang sering menyalah gunakan pemahaman atas ilmu ini. Orang-orang yang tergila-gila ilmu ini, mengklaim dirinya telah melihat Lauh Mahfud.
Dia meng klaim telah membaca apa yang tersurat ataupun tersirat, mampu menguraikan hikmah kata perkata bahkan setiap huruf dari Al qur an. Mampu menguraikan hikmah tiap surah dan ayat yang berhubungan dengan kekayaan, kesaktian, kekuatan dan lain-lainnya.

Setiap surah kemudian di urai menjadi obat bagi siapa saja yang sakit dan membutuhkan bantuan. Pendek kata ayat-ayat Al qur an dan setiap hurufnya dijadikan komediti yang dapat di jual belikan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Sungguh hal yang menimbulkan bahaya tersendiri bagi bagi orang yang tidak lurus hatinya.

Rosululloh mengingatkan kepada kita agar berhati-hati terhadap orang yang mengaku-aku memiliki Ilmu Hikmah (Laduni). Berkata Aisyah ra bahwa Rosululloh setelah membaca Surah Ali Imron ayat 7;
“Jika kamu melihat orang-orang bermujahadah tentang itu (mencari takwil perihal ayat-ayat mustasyabihat) maka itulah orang-orang yang dimaksud Allah, (orang yang akan menimbulkan fitnah) maka jauhilah mereka” (Riwayat Imam Ahmad). Riwayat ini di kuatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibn Jarir.

Banyak sekali ayat yang tidak seharusnya di takwilkan, dan memang akan sulit di takwilkan. Sebab banyak dimensinya, salah satunya adalah berada dalam dimensi rahsa, misal kata cinta, kasih sayang, ikhsan, takwa, syukur, iman, dan lain-lainnya. Kata tersebut hanya akan mampu dipahami jika kita sudah berada dalam keadaan hal yaitu suasananya.

Maka jika seseorang ingin mengetahui bagaimanakah keadaan rahsa cinta kepada Allah misalnya, maka orang tersebut harus memasuki dimensi rahsa. Jika hanya diuraikan melalui akal dan logika, melalui perbendaharaan kata-kata manusia, maka kita tidak akan mampu mendapatkan keadaan hal (suasana) sebagaimana yang dimaksud oleh kata cinta itu sendiri.

Semisal buah jeruk, kita tidak akan mampu mendapatkan referensi utuh perihal jeruk, jika kita tidak mendapatkan realitas buah itu sendiri. Jika kita sudah menemukan realitas jeruk maka karenanya, kita pun dengan sendirinya, menjadi mampu berada dalam suasana, keadaan, kondisi, hal siap menerima makna hakekat jeruk selanjutnya yang masuk kedalam kesadaran kita, karena kita sudah memiliki referensinya (realitasnya).

Jika kita masuk kedalam realitas dimensi keadaan hal (suasana) hakekat sebagaimana keadaan jeruk itu sendiri, secara bulat, baik dalam realitasnya maupun dalam dimensi rahsanya, dan oleh karenanya kita kemudian memiliki pengetahuan tentang hal ikhwal perihal buah jeruk tersebut dengan benar dan utuh.

Sehingga kita mampu menjadi yakin yakinnya, tanpa ada ruang yang menyisakan keraguan sedikitpun di dalam dada kita, maka oleh sebab karena keyakinan ini, jikalau ada pembantah meskipun sang pembantah mampu membalikan gunung sekalipun, keyakinannya akan tetap tidak akan tergoyahkan. Dia akan tetap pada pendiriannya bahwa hakekat jeruk yang benar adalah yang sebagaimana realitas dalam kesadarannya itu.

Maka (ketika) kita berada dalam pengamatan ini, dalam suasana kondisi seperti ini maka secara tidak langsung, kita tengah berada di dalam bagian dari Ilmu Laduni itu sendiri.  


Mengenal Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga

Kanjeng Sunan Kalijaga seorang tokoh wali songo, beliau mempunyai peranan yang amat penting dalam penyebaran agama islam di jawa. Peran yang paling nyata adalah melanjutkan pengislaman tanah jawa dan memperkuat landasan islami di kalangan masyarakat.

Kokohnya budaya dan adat-istiadat orang jawa yang berakar kepada nilai-nilai islam  itulah barangkali karya sunan kalijaga yang paling penting dalam perkembangan islam di Indonesia khususnya di jawa. Berikut ini adalah Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga.

1. Pengamalan Syariat
Syariat tidak harus dipahami secara literal dan tidak juga harus dimengerti secara harfiah.Kita harus bisa memahami makna yang ada di balik yang tampak, kemudian diamalkan untuk kehidupan nyata.
Tidak seluruh bentuk syariat yang menjadi perhatian sunan kalijaga. Beberapa hal yang menjadi kunci amalan dalam agama islam, seperti sholat dan haji, yang menjadi perhatiannya. Kedua ibadah ini dilaksanakan secara demonstratif oleh umat islam.

a) Ibadah Sholat
Keunggulan seseorang itu terletak pada pemahaman dan penghayatan dari kesejatian sholat, penyembahan dan pujian, bukan pada sholat lima waktu. Oleh sunan bonang, mengerjakan sholat lima kali sehari disebut sembahyang, sifatnya hanyalah tata karma dalam pergaulan umat islam dan hakikat mengerjakannya hanyalah hiasan bagi sholat daim.
Sholat daim disebut sebagai kebaktian yang unggul, karena semua tingkah laku merupakan wujud dari sembahyang. Jadi, sholat daim adalah sholat sepanjang hayat, tidak pernah terputus dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Diam atau bicara, istirahat atau bekerja, tidur maupun bangun, senantiasa sholat.Semua gerak tubuh ini merupakan sembahyang.

Bukan hanya wudhu, bahkan tatkala bertinja dan kencing pun dalam keadaan sholat. Dalil dari sholat daim itu sendiri terdapat di dalam Al-qur’an, mengingat hakikat sholat dalam Al-qur’an ditujukan untuk berzikir kepada Allah dan mencegah perbuatan keji dan mungkar.

b) Ibadah Haji
Rukun islam dalam bentuk puasa dan zakat tidak mendapat porsi utama dalam ajaran islam yang diamalkan sunan kalijaga. Puasa dan zakat bukan hal yang istimewa bagi masyarakat nusantara termasuk jawa pada waktu itu. Puasa dan zakat merupakan sikap hidup sebagian besar masyarakat nusantara. Maka dari itu, ibadah haji dipandang sebagai masuknya tata cara yang baru dalam hidup beragama.

Sunan kalijaga menggambarkan bahwa ibadah haji itu buka pergi secara fisik ke kota mekah yang ada di jazirah arab. Tidak ada yang tahu letak mekah sejati, karena ada di dalam diri. Menempuhnya harus sabar dan rela hidup di dunia tanpa terjebak keduniaan.Inilah yang disebut dengan haji.Sabar dan ikhlas dalam meniti kebenaran.

Sabar berarti tahan uji dalam menempuh kehidupan ini. Terus bertekad menempuh jalan yang benar meski godaan dan rintangan menghadang.orang yang sabar tak akan berhenti di tengah jalan dalam mencapai tujuannya. Sedangkan ikhlas atau rela adalah kesanggupan untuk hidup tak terkontaminasi atau tercemari kotoran dunia.

Tak ikut-ikutan berebut takhta, harta, dan dunia.Semua ini dikatakan sebagai haji karena tujuan haji adalah untuk menjadikan manusia sempurna, insan kamil.
Jika kesalehan dalam hidup ini sudah menjadi bagian pelaksanaan syariat agama, selanjutnya kita tinggal meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup ini.Meningkatkan keikhlasan dan semangat hidup yang benar.Tanpa wujud nyata dalam hidup ini maka syariat hanyalah formalitas belaka.

2. Tarekat Sunan
Sunan kalijaga adalah seorang mistikus. Dia mistikus islam sekaligus mistikus jawa. Tentu saja dia seorang sufi dan pengamal tarekat. Berdasarkan saresahan wali, yang menjadi sumber pelajaran keimanan dan makrifat adalah kitab ihya’ ulum ad-din karya Imam al-Ghazali. Tentunya tarekat yang dianutnya adalah ghazaliyyah.

Tetapi, jika dilacak dari berbagai tembang yang ditulisnya, atau serat suluk tentang dirinya, jelas amat sulit menggolongkan sunan ke dalam tarekat tertentu.Tampaknya sunan meramu ajaran tarekat yang berasal dari luar dengan praktik mistik jawa.

a) Meditasi dan kontemplasi
Meditasi atau semedi merupakan salah satu cara dalam tarekatnya sunan kalijaga. Meditasi atau semedi dapat disamakan dengan zikir. Melakukan meditasi tidak sama dengan olahraga pernapasan. Kalau olahraga yang diperhatikan hanyalah badan jasmani saja, tetapi dalam meditasi ada daya upaya, usaha, untuk meningkatkan kesempurnaan spiritual.

Pertama, bagi yang hendak melakukan semedi harus melakukan sesaji ing sagara, yaitu mengutamakan peranan kalbu.Sagara atau lautan dalam pandangan jawa merupakan lambang bagi hati atau kalbu. Harus bisa mengendalikan hati sehingga pengembaraan perasaan, pikiran dan permana menjadi satu.

Kedua, semedi merupakan cara untuk membersihkan diri dari program lama yang masih melekat pada pita kaset hidup ini. Ketiga, bila zikir yang dilakukan telah sempurna benar-benar, yakni angan-angan, pikiran dan ilusi telah lenyap, maka batin sang pezikir selamat sentosa. Dia terbebas dari segala gangguan batin.

b) Kesalehan dalam hidup
Dalam bahasa agama, amar makruf (menyeru kematian) merupakan wujud kesalehan dalam hidup. Baik itu kesalehan pribadi maupun social.Amar makruf merupakan perintah untuk berbuat dan bertindak kebajikan. Yaitu, perbuatan baik yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sesuatu yang makruf itu merupakan wujud dari kearifan local. Artinya, apa yang ma’ruf di jazirah Arabia, belum tentu ma’ruf di jawa.

Dalam kemakrufan local dikenal apa yang namanya Pancasetya, yaitu setya budaya, setya wacana, setya semaya, setya laksana, dan setya mitra.
·         Pertama, setya budaya. Dengan budayanya, manusia mencoba mengatasi alam lingkungan hidupnya untuk kesejahteraan hidupnya.
·         Kedua, setya wacana. Memegang teguh ucapannya.Apa yang diperbuat sesuai dengan yang dikatakan.
·         Ketiga, setya semaya. Dalam kehidupan ini kita harus senantiasa menepati janji.Janji merupakan ucapan kesediaan atau kesanggupan untuk memberikan sesuatu.
·         Keempat, setya laksana. Yaitu bertanggung jawab atas tugas yang dipikulnya.
·         Kelima, setya mitra. Artinya, yang dibangun dalam kehidupan ini adalah persahabatan dan kesetiakawanan. Dalam bahasa kehidupan modern yang kita bangun dalam kehidupan social adalah partnership atau kemitraan.
Tarekat sunan kalijaga yang intinya mengamalkan zikir dan meditasi dalam kehidupan sehari-hari, merupakan cara untuk mencapai kesadaran hidup. Bentuk dari kesadaran itu adalah amar makruf nahi mungkar dengan basis budaya jawa.

Islam yang dibawakan sunan kalijaga benar-benar menjadi rahmat bagi sekalian alam. Islam dibawakan dengan gaya tarekatnya sendiri, yaitu tarekat ala jawa.

3. Memahami Hakikat
Tahap terakhir dalam perjalanan penyempurnaan diri adalah makrifat. Sebelum mencapai tahap itu, maka kita harus memahami hakikat karena makrifat merupakan buah dari hakikat.Langkah pertama dalam tahap hakikat adalah mengenal diri.

Karena dengan mengenal dirinya itulah dia akan mengenal Tuhannya. Ada empat ketakjuban yang harus dipahami dalam tahap hakikat. Yaitu, ketakjuban pada syahadat, takbir, menghadap kepada Tuhan, dan sakaratul maut.

a) Ketakjuban terhadap Syahadat
Syahadat sebenarnya kesaksian. Dengan demikian, orang yang bersyahadat berarti orang yang bersaksi. Jelas sekali bahwa syahadat bukan mengucapkan dua kalimat syahadat belaka, melainkan ada kesadaran yang hadir ketika kalimat itu diucapkan. Jadi, bersyahadat bukan formalitas ucapan tentang kesaksian saja.

b) Ketakjuban terhadap Takbir
Selama ini takbir hanya dimaknai sebagai ucapan Allahu Akbar. Sebenarnya kekaguman pada takbir itu adalah pengucapan yang lahir dari firman Allah untuk memuji dzat-Nya, keagungan-Nya, kekaguman yang timbul di dalam hati yang menerima belas kasih-Nya.Jadi, takbir yang sebenarnya itu hasil dari penghayatan diri terhadap sifat Allah.

c) Ketakjuban saat menghadap Allah
Ada perbedaan diantara manusia dan Allah.Allah adalah sumber kebahagiaan, sumber kedamaian dan sumber keselamatan. Meskipun demikian, rasa di dalam batinlah yang bisa menangkap kebahagiaan itu. Hakikat rasa adalah tumbuhnya kemampuan untuk merasakan kehadiran Tuhan.

d) Ketakjuban saat Sakaratul Maut
Sakaratul maut harus dijemput secara mapan. Mantap dan tidak goyah dalam menghadapinya. Dalam keadaan sakaratul maut, teroris dan penggembira mungkin datang silih berganti. Mungkin semua itu menjadi tak berarti bagi yang terlatih meditasi. Bagi yang biasa zikir, kesadaran itu bagian dari hidupnya. Meditasi atau zikir adalah cara untuk melatih diri untuk bias menolong dirinya dalam menghadap Tuhan.

4. Ma’rifat Kepada Allah
Makrifat adalah hadirnya kebenaran Allah pada seorang Sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan “Nur Ilahi”. Makrifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran.
Jika meningkat makrifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya. Akan tetapi tidak semua sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu seorang sufi yang sudah sampai pada tingkatan makrifat ini memiliki tanda-tanda tertentu, antara lain :
1.    Selalu memancar cahaya makrifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Karena itu sikap wara selalu ada pada dirinya.
2.    Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf belum tentu benar.
3.    Tidak meginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya pada hal yang haram.
4.    Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang sufi tidak menginginkan kemewahan dalam hidupnya, kiranya kebutuhan duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan tingkatan makrifat yang dimiliki cukup menjadikan ia bahagia dalam hidupnya karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
5.    Sampai pada tingkatan yang paling tinggi dalam pencapaiannya sebagai seorang sufi, Sunan Kalijaga telah melewati beberapa tahapan untuk dapat menuju tingkatan makrifat dan mengenal siapa dirinya. Dalam perjalanan spiritualnya yang digambarkan dalam sebuah simbol kehidupan.

Dalam Suluk seh Malaya disebutkan “Lamun siro arsa munggah kaji, marang mekah kaki ana apa,….lamon ora weruh ing kakbah sejati, tan wruh iman hidayat”
artinya, jika kamu akan melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, kamu harus tahu tujuan.
Bila belum tahu tujuan yang sebenarnya dari ibadah haji, tentu apa yang dilakukan itu sia-sia belaka. Demikianlah sesungguhnya iman hidayat yang harus kau yakini dalam hati.
Keyakinan iman hidayat tidak mungkin ditemukan di luar diri manusia, namun ia sesungguhnya terletak di dalam diri atau batin manusia itu sendiri.

Dalam naskah Suluk Linglung disebutkan “cahaya gumawang tan wruh arane, pancamaya rampun, sejatine tyasira yekti, pangareping salira”. Artinya, cahaya yang mencorong tapi tidak diketahui namanya adalah pancamaya yang sebenarnya ada di dalam hatimu sendiri, bahkan mangatur dan memimpin dirimu.

Maksudnya manusia yang telah menyingkap dimensi batinnya, akan mengetahui hakikatnya, bahwa asal-usulnya dari Allah, berupa kesatuan hamba dengan Tuhan adalah Manunggaling Kawula-Gusti atau dalam Suluk Linglung diungkapkan dengan iman hidayat.
Proses ini dalam Suluk Linglung tercermin dalam kutipan “Lah ta mara seh Malaya aglis, umanjinga guwa garbaningwang” ,artinya, Seh Malaya segeralah kemari secepatnya, masuklah ke dalam tubuhku.

Dalam tahap ini jiwa manusia bersatu dengan jiwa semesta. Melalui kebersatuan ini maka manusia mencapai kawruh sangkan paraning dumadi, yaitu pengetahuan atau ilmu tentang asal-usul dan tujuan segala apa yang di ciptakan-Nya.

Tahap-tahap menuju suluk di jalan Allah dengan menempuh jalan yang di ridhoi Allah, demi kebahagiaan abadi baik di dunia dan di akhirat, telah diajarkan dengan baik oleh Sunan Kalijaga dengan menekankan pentingnya ajaran syari’at guna menggapai ajaran tarekat dan makrifat.


Misteri Dialog Sunan Kalijaga Dengan Sunan Lawu

Konon, Prabu Brawijaya memilih mengasingkan diri di gunung Lawu lantaran menghindari kejaran anaknya, Raden Patah. Prabu Brawijaya menghindari pertumpahan darah karena menolak mengikuti aliran kepercayaan yang dianut Raden Patah.

Beliau juga mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan Hindu akan pudar, dan diganti dengan kejayaan kerajaan baru yaitu Demak, yang dipimpin putranya, Raden Patah.
Keberadaan Prabu Wijaya di Gunung Lawu ditandai dengan adanya batu nisan yang dipercaya sebagai petilasan. Penduduk sekitar menyebutnya Sunan Lawu. Tempat itupun dikeramatkan hingga kini.

Seorang spiritual Jawa sekaligus juru kunci Gunung Malang yang merupakan anak Gunung Lawu, Budiyanto, mengatakan, Lawu menjadi salah satu pusat budaya dan tempat sakral di Pulau Jawa.
Sunan Kalijaga berkata “Namun lebih baik jika Paduka berkenan berganti syariat rasul, dan mengucapkan asma Allah. Akan tetapi jika Paduka tidak berkenan itu tidak masalah. Toh hanya soal agama. Pedoman orang Islam itu syahadat, meskipun salat dingklak-dingkluk jika belum paham syahadat itu juga tetap kafir namanya.”

Sang Prabu berkata, “Syahadat itu seperti apa, aku koq belum tahu, coba ucapkan biar aku dengarkan “

Sunan Kalijaga kemudian mengucapkan syahadat, asyhadu ala ilaha ilallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, artinya “aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu utusan Allah. “

Sunan Kalijaga berkata banyak-banyak sampai Prabu Brawijaya berkenan pindah Islam, setelah itu minta potong rambut kepada Sunan Kalijaga, akan tetapi rambutnya tidak mempan digunting.
Sunan Kalijaga lantas berkata, Sang Prabu dimohon Islam lahir batin, karena apabila hanya lahir saja, rambutnya tidak mempan digunting. Sang Prabu kemudian berkata kalau sudah lahir batin, maka rambutnya bisa dipotong.
Sang Prabu setelah potong rambut kemudian berkata kepada Sabdapalon dan Nayagenggong,
“Kamu berdua kuberitahu mulai hari ini aku meninggalkan agama Buddha dan memeluk agama Islam. Aku sudah menyebut nama Allah yang sejati. Kalau kalian mau, kalian berdua kuajak pindah agama rasul dan meninggalkan agama Buddha.”

Sabdo Palon Nayagenggong Ternyata Bukan Manusia atau jin Namun Hanya Sebuah Kitab
Saya menambahkan mengenai Sabdo Palon Nayagenggong. Sabda :ucapan/berita/tulisan/ajaran. Palon : Semesta/alam/Dunia Macro cosmos dan Micro cosmos. Nayagenggong : untuk kesejahtearaan, kedamaian dan kesatuan.

Saya tidak sependapat Sabdo Palon adalah seorang manusia, sabdopalon adalah sebuah kitab yang dibuat oleh Beliau yang berjulukan Beliau yang kesepuluh.

Isi buku tersebut adalah mengupas semua kitab suci yang diturunkan Allah melalui Nabi. Jadi Kitab Sabdopalon adalah kitab tersirat dari segala kitab suci allah. jadi bukan seperti yang beredar sekarang.kita harus waspada terhadap pengadu domba/pemfitnah.

Cerita mengenai dialog Prabu Brawijaya V dengan seseorang yang tidak mau masuk Islam adalah dimana Prabu Brawijaya V menerima putra mahkota Majapahit (pengganti Brawijaya V) dimana sang putra mahkota menolak mengganti ayahandanya Brawijaya V dengan alasan Putra mahkota tidak mau kerajaan yang beragama Hindu sebagai agama kerajaan diganti agama kerajaan menjadi agama Islam. Sehingga Putra mahkota tersebut bergelar Raden Gugur dan beliau menjadi Pertapa di gunung Lawu .

Raden Gugur ketika meninggalkan Istana beliau bersabda bahwa agama islam diperkenankan menebarkan agama islam dengan catatan bila agama islam tersebut tidak menjadikan agama yang menjadikan umatnya,damai,sejahtera dan bersatu dan saling menghormati agama lain aku akan menagih janji kepada para ulama dan pemimpin bangsa nusantara.

Dengan aku memimpin rakyat kecil turun menuju kota besar untuk meminta keadilan,kesejahteraan,kedamaian. Kemunculan aku dengan tandanya para sepuh akan turun gunung, gunung-gunung meletus,bencana alam dan manusia dimana-mana.

Dengan kepergian Putra mahkota/raden gugur Prabu Brawijaya V menjadi gundah/bingung sehingga beliau mencari pendapat siapakah kelak pengganti dirinya,intrik istanapun berkerja.beliau mendapat berita bahwa Raden Patah sedang memimpin penyerbuan ke Madjapahit.

Sehingga Prabu Brawijaya pergi meninggalkan Istana menuju ke Blambangan untuk minta bantuan dari kerajaan dari Bali. sementara kedatangan raden rahmat adalah utusan raden patah yang akan menghadap Ayahnya Prabu Brawijaya tetapi dijalan dihadang oleh kelompok yang ingin merebut kekuasaan kerajaan. sehingga raden patah mendapat berita bahwa ayahnya sedang mendapat tekanan/kudeta sehingga mengirim pasukan untuk membebaskan ayahnya,sementara

Prabu Brawijaya V mendapat berita bahwa anaknya akan menyerbu Kerajaan Madjapahit.Dalam pelarian Prabu Brawijaya, Raden Said (Sunan Kalijaga) menyusul Prabu BrawijayaV. Terjadilah pertemuan di Blambangan, dimana Raden Said menghentikan niat Prabu Brawijaya V meminta bantuan dari kerajaan di Bali.

Dimana dialog tersebut, Raden Said mengatakan kepada Prabu Brawijaya V, bahwa yang datang ke Madjapahit adalah Putra beliau sendiri yang bernama Raden Patah, dan raden patah tidak bermaksud menguasai kerajaan tetapi ingin membebaskan Prabu dari tangan pemberontak.
Setelah Prabu Brawijaya V mendengar penjelasan dai Raden Said. maka beliau tidak jadi menyeberang ke Bali dan ingin kembali ke Madjapahit. kemudian Prabu Brawijaya minta pendapat kepada Raden said.

Siapakah yang berhak menjadi pengganti Prabu Brawijaya V, oleh Raden Said diusulkan Raden Patah(anak Prabu Brawijaya v dengan Putri Cina) kemudian disetujui oleh Prabu Brawijaya V.
Raden Said (Sunan Kalijaga) kemudian meminta kesediaan untuk Prabu Brawijaya V Masuk agama islam untuk membuktikan pengakuan Raja telah menyetujui Raden Patah menjadi pengganti Prabu Brawijaya V dan agama kerajaan Madjapahit menjadi agama Islam.

Prabu Brawijaya V menyetujui kemudian Raden Said men Baiat Prabu dengan 2 kalimat syahadat. Prabu Brawijaya V meminta kepada Raden Said khusus untuk Membaca 2 Kalimat Syahadat, Prabu Brawijaya V mau melakukan tetapi tanpa asyhadu (saya bersaksi).

Dimana intinya Prabu Brawijaya V tidak berani dan sanggup yang disebabkan faktor usia dan ketidak sanggupan Prabu Brawijaya melaksanakannya. dimana kata asyhadu (bersaksi kepada tuhan) adalah sangat berat , terjadilah dialog yang sangat panjang.

Yang diakhiri oleh suatu percakapan dimana Prabu Brawijaya V mengatakan kepada Raden Said (Sunan Kalijaga) bila beliau salah dalam mengucapkan 2 kalimat syahadat tanpa asyhadu maka air danau tempat saya mengucap menjadi bukti besok bila wangi maka permohonan saya dikabulkan oleh Allah SWT.

Dan bila besok air danau ini bau anyir maka saya mengulangi membaca 2 kalimat syahadat dengan asyhadu. ternyata keesokan harinya air danau terebut berbau wangi “Kuasa Allah amat mulia dan meliputi semuanya” dan sekarang disebut kota Banyuwangi.
Dalam perjalanan pulang Sunan Kalijaga mengiringi Prabu Brawijaya V dan tiada hentinya Sunan Kalijaga dan Prabu Brawijaya V membicarakan agama Islam.

Sesampai kembali di Kerajaan Madjapahit Prabu Brawijaya menanyakan kepada Sunan Kalijaga tentang keberadaan Raden Patah, rupanya Takdir berkata lain Raden Patah ketika ditanyakan keberadannya oleh Prabu Brawijaya V berhalangan/bersimpangan jalan dan ketika terakhir kali ditanyakan oleh Prabu Brawijaya V kepada Raden Said duduk disebelah Raden Said seorang pemuda yang ditanyakan oleh Prabu Brawijaya V siapakah dia dan Raden Said menjawab ia adalah Bondan Kejawen putra Prabu juga.

Sehingga Prabu mengucapkan kepada Raden Said bahwa Raden Patah akan memimpin Kerajaan Islam pertama di nusantara dan kerajaan tersebut hanya satu periode (Demak) dan sebagai penerus kerajaan nusantara adalah keturunanku yang lain dari Bondan Kejawan.

Karena Usia Prabu Brawijaya V sudah Lanjut dan beliau wafat tidak dapat bertemu juga dengan Raden Patah, dan pesan Prabu Brawijaya V makam ku dinamakan “Makam Putri Cempa”.
Sangatlah sayang Sabdopalon yang merupakan kitab diplesetkan jadi orang dan dibuat sarana untuk mengadu domba. maka kita jangan terjebak oleh kitab-kitab apalagi jaman penjajahan belanda buku-buku tersebut diambil dan dikembalikan dengan sudah dirubah.

Seperti fakta yang ada dan sangat disayangkan Candi Borobudur pada Tingkat pertama dan kedua oleh belanda dikubur/ditanam agar kita generasi penerus tidak dapat mengetahui. Tingkat pertama dan kedua terdapat relief kehidupan manusia, dimana manusia berbuat apa yang terjadi dalam kehidupannya.

Jadi  untuk mempelajari buku-buku kuno, harus berpegangan kepada budaya adi luhur pendahulu dan bila tidak cocok, mencoba untuk mengartikan apa yang hendak dipesan lewat tulisan itu apakah simbol atau bikinan Belanda atau anteknya, sehingga kita selalu terbawa arus adu domba dan pembodohan terus.


Mengunjungi Makam Wali Allah, Sultan Suriansyah

Makam Sultan Suriansyah   S ultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yan...