Sabtu, 22 Juli 2017

Laku Spiritual Membangkitkan Ilmu Kebatinan

Dalam dunia spiritual, lelaku atau mengolah kekuatan kebatinan banyak dilakukan denganberbagai kegiatan-kegiatan yang panjang dan membosankan, seperti laku puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni), menyepi, laku prihatin dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata, pembacaan amalan / doa kebatinan, dsb. Seringkali laku-laku tersebut dianggap hanya sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat mengukur kekuatan kebatinan yang telah dicapainya.
Akibatnya, mereka yang mempelajari kebatinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya untuk tidak menekuni olah kekuatan kebatinan, tetapi menekuni ilmu-ilmu kebatinan saja, seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian (kanuragan), pengasihan, pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, dsb. Pelajaran ilmu-ilmu itu memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat dipraktekkan / dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian mereka berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, termasuk ilmu gaib yang berlatar belakang kebatinan atau agama dan tenaga dalam. Tujuan dalam mempelajari ilmu gaib penekanannya adalah langsung pada hasil yang ingin dicapai, yaitu keberhasilan dalam menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib tertentu sesuai tujuannya berilmu, bukan untuk mengoptimalkan potensi diri atau mengolah kebatinan, juga dalam pembelajarannya tidak diperlukan filosofi-filosofi kebatinan untuk membentuk kerohanian / kebatinan pelakunya.
Dengan kata lain, ilmu gaib adalah jenis ilmu terapan, yaitu ilmu yang tujuan mempelajarinya adalah untuk langsung bisa mempraktekkan kegaiban, untuk langsung bisa melakukan perbuatan-perbuatan gaib, dengan mengamalkan mantra-mantra atau amalan gaib. Jenis keilmuan ini tidak dijalani dengan laku kebatinan seperti yang dilakukan oleh orang-orang kebatinan, walaupun ada juga lakunya yang mirip, tapi tidak persis sama. Kebanyakan jenis keilmuan ini dilakukan orang sebagai jalan pintas untuk bisa cepat memiliki kemampuan gaib dan langsung mempraktekkannya, dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan gaib. Karena tujuannya adalah bukan untuk mengolah potensi kebatinan dan laku yang dijalani juga tidak persis sama dengan laku kebatinan, maka jenis ilmu gaib dan ilmu khodam ini tidaklah sama dengan ilmu kebatinan. Kepekaan rasa dan batin, peka sasmita / wangsit, kekuatan kebatinan / spiritual, dsb, yang bisa mengantarkan seseorang menjadi mumpuni dalam hal kebatinan dan kegaiban, linuwih dan waskita, dan kekuatan sukma yang mampu berkuasa atas roh-roh gaib tanpa perlu bantuan khodam, tidak akan dicapai dengan menjalani keilmuan ini.

 Dalam keilmuan gaib dan khodam ada juga mantra-mantra seperti dalam ilmu kebatinan yang terkait dengan pendayagunaan roh sedulur papat sebagai khodam bagi seseorang. Tetapi ilmu itu hanya akan bekerja jika sedulur papat seseorang sudah cukup kuat, sehingga bisa menjadi khodam baginya. Pada masa sekarang kondisi kuatnya sedulur papat itu, sekalipun seseorang mengikuti perkumpulan kebatinan, kelihatannya akan sulit dicapai, karena pembelajarannya dan orientasi pesertanya sudah banyak berubah, tidak lagi berorientasi pada laku memperkuat kebatinan, tetapi mengarah pada keinginan untuk menguasai ilmu gaib saja, yang di Jawa bisa mewujud dalam bentuk aliran ilmu gaib kejawen atau aliran Islam kejawen. Karena itu kegaiban yang kemudian bekerja bukanlah berasal dari sedulur papatnya, tetapi dari khodam yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.

Pada jaman dulu orang mengikuti perkumpulan kebatinan seperti yang sekarang dikenal seperti Sapto Darmo, Pangestu, dsb, bukan semata-mata sebagai olah keilmuan kebatinan, tetapi merupakan laku ketuhanan, sehingga para peserta yang menekuninya bisa memiliki kebatinan yang kuat. Sedangkan pada masa sekarang orang sudah menganut agama sendiri-sendiri, sehingga kepengikutannya dalam perkumpulan-perkumpulan kejawen seperti itu tidak lagi ditekuni dengan semestinya, bukan lagi menjadi sarana laku ketuhanan, tetapi mengarah pada keinginan atas keilmuan gaib saja. Akibatnya para pesertanya tidak lagi memiliki kekuatan kebatinan yang tinggi seperti yang seharusnya. Karena itu lakunya kemudian bukan lagi untuk olah kebatinan, tetapi mengarah pada keilmuan gaib saja, dan kekuatan gaibnya, walaupun juga ada menggunakan mantra-mantra sedulur papat, tetapi yang bekerja bukanlah sedulur papatnya, tetapi adalah khodam ilmu yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.

Orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam juga bisa peka rasa dan mengerti kegaiban, dan mempunyai kekuatan gaib, tetapi kebanyakan kadarnya rendah, hanya akan sama dengan tingkatan dasar dalam olah kebatinan. Kelebihan utama ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih mudah dalam mempelajarinya, yaitu dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib saja. Dalam tempo yang relatif singkat orang akan sudah bisa mempraktekkan kemampuannya dalam keilmuan gaib dengan hanya mengamalkan amalan dan mantra dan khodam ilmu yang dibekalkan kepada mereka. Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah bagian dari ilmu kebatinan, yaitu bagian dari ilmu kebatinan yang menekankan pada kekuatan sugesti (disebut ilmu sugesti, yaitu praktek ilmu yang menekankan pada kemampuan bersugesti pada kekuatan pikiran, atau kekuatan mengsugesti amalan gaib dan mantra dan kekuatan mengsugesti khodamnya).

Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan / fokus batin untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan mantra dan untuk mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk keberhasilannya mempraktekkan keilmuan gaib, bukan dalam rangka olah laku kebatinan atau spiritual, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau agama. Ada juga pada masa sekarang perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama dan tenaga dalam, tapi tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran / perguruan kebatinan, tetapi tergolong sebagai perguruan silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau agama dan tenaga dalam.

 Tujuan utama orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk laku kebatinan atau untuk kesaktian kanuragan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang tersebut terutama adalah berasal dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti ilmu gaib dan khodam. Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan keilmuan gaibnya itu, bukan dalam rangka laku kebatinan dan spiritual.

Dengan demikian ilmu gaib dan ilmu khodam ini bersifat ilmu terapan yang menekankan pada keberhasilan prakteknya. Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau agama dan tenaga dalam, tetapi kekuatan keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan gaib dan mantra dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban khodamnya. Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan antara keilmuan yang berdasarkan kebatinan dan spiritual dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, secara sepintas perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan akan kelihatan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda. Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :

 Pada orang-orang yang menekuni olah kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan. Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti amalan-amalan dan mantra ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan sukma mereka, tetapi tidak banyak. Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka benar merupakan ilmu batin / kebatinan.

Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan tetap dapat melakukan keilmuan gaib mereka dengan mengandalkan kemampuan mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak), dan orang-orang yang menjalani keilmuan tenaga dalam tetap dapat menunjukkan kekuatan tenaga dalamnya. Sedangkan para praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa mantranya seringkali mereka tidak dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya amalannya atau lupa bunyi mantranya). Namun praktisi ilmu gaib berkhodam (dan yang mempunyai khodam ilmu / pendamping), tanpa amalan ilmunya atau lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan tergantung pada khodamnya apakah khodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.

 Masing-masing amalan gaib dan mantra mempunyai sifat dan latar belakang sendiri-sendiri, apakah bersifat kebatinan ataukah hanya bersifat kekuatan mantra saja. Untuk lebih menjamin keampuhannya maka dalam mengamalkan sebuah amalan gaib kita harus bisa menentukan apakah harus murni menekankan kekuatan mengsugesti mantra / amalan gaib, ataukah harus dengan mengsugesti kebatinan kita sendiri (menggerakkan kekuatan kebatinan), ataukah amalan itu harus langsung ditujukan kepada khodam ilmu / pendamping. Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti dalam melakukannya : Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam. Dengan model pendekatan ini sugestinya ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya, seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun ilmunya bekerja, biasanya tidak besar kegaibannya, apalagi kalau lupa mantranya.

 Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam mendasarkan kekuatan ilmunya pada kemampuan mengsugesti amalan gaib dan mantra, sehingga dalam membacakan amalan gaibnya tidak boleh salah, dan tidak boleh lupa dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau lupa mantranya ? ). (Karena fokusnya pada kemampuan mengsugesti amalan gaib, seringkali kegaiban yang terjadi tidak diketahui darimana asalnya, dari batinnya sendiri, dari khodam ilmu / pendamping, ataukah dari mahluk halus lain yang datang (juga tidak tahu mahluk halus yang datang itu apa, siapa, dan perwatakannya baik ataukah tidak). Yang dipentingkan adalah keampuhannya. Selama ilmunya itu bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan ampuh, begitu juga sebaliknya, jika ilmunya tidak bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan tidak ampuh). Yang kedua adalah sugesti kebatinan. Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ditujukan ke dalam batin sendiri, kepada sukmanya sendiri, atau langsung ditujukan kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan amalan gaibnya.

Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara kebatinannya dengan sosok-sosok tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya salah atau salah membaca amalannya, selama ia bisa bersugesti batin seperti itu, bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena batinnya atau khodamnya mengerti maksud dan tujuan sugestinya. Dengan sugesti kebatinan, walaupun lupa bunyi amalannya, kita tetap bisa menjalankan ilmunya dengan cara mengsugesti batin kita sendiri, atau sambat saja kepada khodam ilmu / pendamping. (Dengan cara-cara kebatinan kita akan tahu sendiri kegaibannya berasal darimana, apakah berasal dari sukma kita sendiri (roh pancer dan sedulur papat), ataukah dari khodam ilmu / pendamping, khodam keris / jimat, atau dari mahluk halus lain. Jika berasal dari mahluk halus lain kita juga akan tahu apakah perwatakannya baik ataukah tidak). Amalan keilmuan yang bersifat kebatinan sebaiknya kita lakukan dengan sugesti kebatinan untuk mengsugesti sukma kita (roh pancer dan sedulur papat) dan adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan memperkaya sugesti kebatinan kita.

 Amalan keilmuan yang berbahasa arab dilakukan dengan sugesti ilmu gaib / khodam, tidak boleh salah membacanya, dan tidak boleh lupa bacaan amalannya. Amalan keilmuan kejawen yang bekerjanya menggunakan khodam, dalam membacakan amalannya sebaiknya ditujukan langsung kepada khodamnya itu (atau kepada benda gaibnya). Ilmu-ilmu dalam ilmu kebatinan dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu kebatinan. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

 Sedangkan kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam terutama berasal dari kekuatan mengsugesti amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan mengsugesti kegaiban khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukannya sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut.

Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah kekuatan sukma dan penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah. Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia akan dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan sukmanya sesuai penghayatan pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa, terutama ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib. Secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan sugesti dan pemahaman / penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya.

Dia juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak memiliki khodam ilmunya. Untuk memperkuat keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus memperdalam penghayatan dan menguatkan kekuatan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata. Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu diamalkan, ilmu itu akan bekerja.

Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya, bukan sukmanya, dan tidak perlu tahu arti kalimat-kalimat dalam amalannya, hanya perlu menghapalkannya dan mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan (konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya, orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, tidak boleh lupa. Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan).

Bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang-orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu. Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan. Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya bergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya).

Mereka harus hapal dengan bunyi mantranya. Bagi orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hafal dengan mantrany,  cukup tahu ilmu dan cara kerjanya. Dengan demikian yang merka lakukan adalah mensugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan orang banyak, hingga banyak orang suka kepadanya, suka datang ke tempat usahanya, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan oleh pancaran dalam radius 5 meter hingga 100 meter 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengunjungi Makam Wali Allah, Sultan Suriansyah

Makam Sultan Suriansyah   S ultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yan...