Lagu ini memang cukup
populer, dengan senandung yang mendayu-dayu tapi bersemangat dan makna juga
arti yang begitu kaya.
Tapi tahukah Anda
siapa yang menulis lagu Lir-Ilir? ternyata lagu ini merupakan karya dari salah
satu Wali Songo yaitu Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah satu-satunya Walisongo yang berdarah Jawa
Asli, Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui berbagai kesenian jawa, mulai
dari wayang, lagu, dan kesenian-kesenian rakyat lainnya.
Setiap menulis lagu,
Sunan Kalijaga selalu menyelipkan makna dengan nilai filosofi kehidupan yang
mendalam, tak terkecuali dengan lagu 'Lir-ilir' ini.
Makna yang terkandung
dari lagu Lir-ilir adalah sebagai umat Islam, kita harus sadar, kemudian bangun
dari keterpurukan, bangun dari sifat malas dan lebih mempertebal keimanan yang
telah ditetapkan oleh Allah.
Diri kita digambarkan
dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau
bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk
menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim
panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.
Kemudian disebutkan
juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang
mampu menjadi imam, seseorang yang bisa "mengembalakan" makmumnya ke
jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati,
bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu.
Kemudian si anak
gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi
berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri
dari 5 perkara.
Si anak gembala tetap
harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita
harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.
Si anak gembala
memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan
adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki.
Kita diharapkan
melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya
bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan
maka jawablah dengan iya.
Berikut liriknya:
Lir-ilir, lir-ilir…
Tandure wis sumilir…
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar…
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi…
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro…
Tandure wis sumilir…
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar…
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi…
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro…
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir…
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane…
Yo surako… surak iyo…
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane…
Yo surako… surak iyo…
Bhaasa Indonesia
Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah
(pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah
(pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya
Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar