Kamis, 31 Agustus 2017

Ilmu Karomah Penerawangan, Ajaran Wali Songo

Berbagai macam jenis ilmu yang ada di jagat spitual, masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri, salah satunya adalah Ilmu Karomah Penerawanagn. Ilmu ini sangat dasyat manfaatnya, yakni dapat melihat benda-benda yang tidak bias dilihat oleh mata biasa . Dengan memiliki Ilmu Penerawangan ini, maka pemiliknya mampu dengan leluasa melihat hal-hal atau benda  pusaka dan lain sebagainya, 

Ilmu ini menurut Gus Cokro ST, yang  juga memiliki ilmu penerawangan dari gurunya tersebut menjelaskan, bahwa Ilmu Karomah Penerawangan ini, masih  banyak masyarakat yang ingin mempelajarinya. Kendati zaman sudah maju, tapi toh buktinya masyarakat tetap antusias untuk mempelajari ilmu dasyat tersebut.

Hal-hal yang  tersembunyi atau hal yang tidak dapat diketahui oleh mata biasa, akan Nampak jelas di mata pemilik Ilmu Karomah Penerawangan. Menurut Gus Cokro ST, Ilmu Karomah Penerawangan ini dulunya juga dimiliki oleh para penyebar  agama Islam atau  yang kita kenal sebutan Wali Songo. Turun-temurun nampaknya ilmu tersebut sampai ke generasi Gus Cokro ST, yang kemudian dengan semangatnya, Gus Cokro ST berbagi keilmuannya kepada masyarakat yang membutuhkannya.

“Apabila anda memiliki keinginan untuk dapat memiliki kemampuan keberadaan benda-benda pusaha yang "siningit = tersembunyi", maka anda dapat melakukan lelaku/olah bathin seperti berikut ini. Kendati demikian peminat tetap harus mendapatkan bimbingan dari orang yang mampu atau tahu hal spiritual,: tandas Gus Cokro ST.

PERSYARATAN KHUSUS :

1. Anda telah mampu menguasai ilmu deteksi getaran/kepekaan yang cukup baik di bidang olah kanuragan maupun seni pernafasan tenaga dalam...

2. Memiliki keyakinan yang kuat akan kebesaran Tuhan Sang Pencipta Alam semesta beserta isinya ini baik yang nampak maupun yang ghaib...

3. Taat beribadah...

4. Tidak bersifat serakah, sombong, dan berpandangan sempit...

5. Tidak mudah pantang menyerah, tekun dan istiqomah dalam segala sesuatu, khususnya dalam mengamalkan sebuah lelaku ilmu...

CARA LELAKU = OLAH BATHIN :

1. Sebagai pembuka, usahakan untuk berpuasa 1 hari tepat pada hari kelahiran anda sesuai dengan penanggalan Jawa (weton)...

2. Dengan diawali lelaku pada pukul 12 malam untuk terlebih dahulu mandi besar dan melaksanakan 2 rokaat sholat hajat...(Dengan catatan : Anda belum tidur pada saat itu)

3. Membaca asma Allah : "YAA MUBIIN" sebanyak 1.000x bacaan...

4. Kemudian lakukan makan sahur dengan meninggalkan makanan yang mengandung unsur hewani pada saat itu...

5. Anda dipersilahkan untuk tidur sesaat hingga terbangun...

6. Pada saat anda terbangun..., sesegera mungkin untuk mengambil air wudlu...

7. Lalu duduk majelisan di atas sajadah sambil menunggu ataupun sudah selesai mengerjakan waktu sholat wajib dengan membaca asma' Allah : "YAA MUBIIN"tersebut sebanyak 7.000x ulangan...

8. Hingga akhir lelaku anda, maka setiap hari kerjakan lelaku pengamalan Asma' Allah : "YAA MUBIIN" setiap menjelang tidur dan sesudah tidur dalam hitungan yang sama...

9. Kerjakan terus secara istiqomah lelaku tersebut..., hingga pada saatnya nanti Anda akan diberi karunia dan keistimewaan oleh Allah = Raja Alam Semestakemampuan untuk melihat secara langsung benda-benda pusaka/harta karun yang tersembunyi di dalam perut bumi ataupun yang disembunyikan secara ghaib oleh bangsa siluman (ke-ghaiban).

10. Sekali lagi jangan bersifat serakah...,ambilah secukupnya karena disitulah anda akan diuji oleh Allah seberapa besar tingkat ke-wara'an (maqqom kesederhanaan) anda... 


Ilmu Kerejekian Warisan Wali Songo

Tokoh Spiritual Muslim Gus Cokro ST, Menjabarkan tentang rahasia ilmu cara mendapatkan kerezikian yang melimpah yang tidak memiliki unsure syirik. Kendati demikian, tentunya ada persyaratan yang harus di lakukan bagi calon atau orang yang ingin menpelajarinya. Syarat tersebut adalah menjalnkan beberapa laku  yang harus dijalankan dengan keseriusan, tulus dan iklas.

1.Selama 40 hari selalu menolong orang setiap harinya.walau hanya mencabutkan satu rumput orang atau membuang duri di jalan.
2.Selama 40 hari kalau ada selalu sedekah walau hanya secuil makanan atau seteguk air pada yg memerlukan.untuk lebih mudahnya,setiap hari menaruh air minum di tempat umum agar di minum orang yg kehausan.
3.Selama 40 hari jangan sampai durhaka atau menyakiti hati orang.

Untuk menjalani tata cara ini supaya di mulai pada hari ahad atau rabu.
Sebelum menjalani tata cara ini supaya mohon ma’af dan minta doa restu kepada orang tua.kalau sudah wafat ziarahi kuburnya dan minta doa restu pada kyai atau guru ngajinya.

Selama 40 hari,setiap malamnya sekitar jam 12 malam mengerjakan shalat hajat.kemudian membaca amalan berikut ini :

1.Tawassul
BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM.
ILA HADHROTI ROSULILLAHI MUHAMMADIN.SAW.
WA ILA HADHROTI MALAIKATI JIBRIL,ISROFIL,’IZROIL,MUNKAR,NAKIR,ROQIB,’ATID,MALIK,RIDWAN.
WA ILA HADHROTI SHULTHONIL AULIYA SYAIKH ‘ABDUL QODIR JAILANI.
WA KHUSHUSHON ASATIDZI WA ASATIDZIHIM ILA SHOHIBIL IJAZAH WA ABI WA UMMI WA JAMI’I USHULI.
KHUSHUSHON WALI SONGO AL FATIHAH…..(7 x)

2.Do’a
BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM.
ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLIM ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD.
YA ALLAH YA FATTAHU YA ROZZAQU YA MU’THIYYU YA MU’INU YA WADUDU YA MUJIBU.IKFINI YA KAFI.YA HU SHIFATULLAH YA HU DZATULLAH YA HU AF’ALULLAH YA HU WUJUDULLAH YASSIRLI RIZQI (di baca 40 x)

Rupanya Ilmu ini banyak sekali menyimpan rahasia  di antaranya bila seseorang yg telah menjalani amalan ini,semakin ta’at beribadah serta berbuat baik kepada sesama manusia,maka akan semakin barokah umurnya,banyak rezekinya dan selalu mendapat kemudahan dalam setiap keperluan hidupnya.dan setelah menjalani tata cara 40 hari,maka harus tetap membaca do’anya sebanyak 7 x setiap habis shalat shubuh dan shalat maghrib.

“Kendati demikian toh pelaku atau arang yang menjalankan ilmu ini tetapt harus mendapatkan arahan dan bimbingan oleh seseorang yang lebih tahu,”kata Gus Cokro ST terus terang.



Selasa, 29 Agustus 2017

Kedasyatan Ilmu Sapu Jagad, Peninggalan Wali Songo

Di bumi Nusantara sejak zaman dahulu hingga kini dikenal  memiliki  budaya spiritulnya. Terbukti, berbagai macam jenis ilmu kanuragan dan kesaktian masih terpelihara  secara turun temurun hingga kini.  

Dari sekian ilmu kanuragan atau sakti yang terkenal salah satunya adalah’ ilmu sapu jagad’. Dimana ilmu ini pada jaman dahulu pernah digunakan oleh para wali songo, diantaranya Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan para tokoh-tokoh sakti lainnya.
Ajian sapu jagad tersebut hingga kini masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama di tanah Jawa. namun untuk bisa mendapatkan ilmu sapu jagad ini tidaklah mudah. mengingat kita harus melakukan berbagai macam ritual untuk bisa mendapatkannya.

“Selain melakukan berbagai macam ritual, untuk mendapatkan ajian ilmu sapu jagad ini kita juga harus bisa lebih mendekatkan diri ke Sang Maha Pencipta yakni Allah SWT. Karena jika tidak, ilmu tersebut akan menjadi senjata yang bisa membuat hidup kita menjadi lebih buruk dari sebelumnya,” ungkap Gus Cokro ST, yang juga ikut mewarisi ilmu tersebut.

Lebih jauh dipaparkan bahwa, Ilmu sapu jagad ini berbeda dari ilmu isian seperti jin ataupun yang lainnya, karena ilmu ini menggunakan bantuan khodam ribuan malaikat yang mampu menjaga pemiliknya  dari berbagai macam bahaya. Baik bahaya yang berasal dari manusia itu sendiri ataupun bahaya yang berasal dari mahluk halus. seperti jin, iblis dan syaitan.

“Karena ilmu sapu jagad ini sangat besar sekali kesaktian dan manfaatnya. Jika Anda ingin mengamalkan, maka kami sarankan untuk didampingi dengan ahli spiritual yang sudah berpengalaman. Takutnya jika nanti ada kejadian yang tidak diinginkan, semua itu bisa diatasi dengan mudah,” kata Gus Cokro ST terus terang.

Untuk mengetahui kesaktian apa saja yang kita dapatkan dari ilmu sapu jagad ini. berikut kami sajikan beberapa kesaktian ajian ilmu para Wali di Tanah Jawa tersebut.

Kesaktian Ilmu Sapu Jagad

- Mampu memberikan ketenangan batin dan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT

- Kita akan merasa berani terhadap apapun di dunia ini, kecuali kepada Allah, Nabi dan para Wali.

- Pengamal dari ilmu ini akan dijauhkan dari mara bahaya. Baik yang berasal dari manusia ataupun ilmu hitam lainnya.

- Ilmu ini secara otomatis akan membuat pengamalnya membuka mata batin, sehingga kita bisa melihat berbagai jenis mahluk halus di sekitar.

- Mampu membuka aura wajah secara maksimal dan memancarkan pesona ketampanan ataupun kecantikan dari pengamalnya.

- Mampu melipatgandakan tenaga dalam atau power dua kali lipat dari biasanya.

- Membuat kita lebih bisa percaya diri dalam menghadapi apapun.

- Dengan izin Allah, para pengalam ilmu sapu jagad ini insyaAllah bisa mengusir jin pada orang yang kerasukan.

Itulah beberapa kesaktian yang akan kita dapatkan jika memiliki ilmu sapu jagad. Kesaktian-kesaktian tersebut bisa didapatkan apabila ajian ilmu sapu jagad ini dijalankan sesuai dengan aturan.


Kalam Munyeng Keris Sakti Warisan Kanjeng Sunan Giri

Keris pusaka Kalam Munyeng, adalah salah satu keris yang sangat legendaris di  Nusantara ini. Menurut Sejarah, keris pusaka tersebut adalah senjata peninggalan Kanjeng Sunan Giri, Menurut kepercayaan masyarakat keris ini adalah keris yang memiliki nuansa mistik.
Konon, menurut cerita sejarah, keris ini adalah penjelamaan dari pena (kalam) milik Kanjeng Sunan. Keris ini pernah dibawa ke Negeri Belanda pada akhir abad ke-17 M, lantaran dianggap mampu melahirkan semangat resistensi terhadap kompeni Belanda, kemudian dikembalikan ke Gresik pada tahun 1772. Keris ini sampai sekarang tersimpan di makam Sunan Giri dan replikanya tersimpan di Museum Daerah Kabupaten Gresik.

Tersebutlah dalam sebuah kisah, pada zaman kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya murka. Pengaruh Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo, dianggap telah mengancam eksistensi Kerajaan Majapahit. Babad Tanah jawa menuturkan, Prabu Brawijaya akhirnya mengirimkan Patih Gajahmada dan pasukannya ke Giri. Penduduk Giri pun panik dan menghambur ke Kedaton Giri. Sunan yang waktu itu sedang menulis terkejut dan pena (kalam) yang tengah digunakannya terlontar. Atas kehendak Sang Pencipta, pena yang terlontar itu menjelma menjadi keris ampuh dan keris inilah yang memporakporandakan pasukan Majapahit. Sunan Giri. yang nama kecilnya Raden Paku alias Muhammad Ainul Yakin (lahir di Blambangan, Banyuwangi 1442 masehi} tak hanya di-kenal sebagai penyebar agama Islam yang gigih.

Pesantrennya, yang dibangun di perbukitan desa Sidomukti. di selatan kota Gresik, Jawa Tmur. tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan agama dalam arti sempit, namun juga sebagai semacam pusat pengembangan masyarakat. Gin Kedaton, pesantrennya di Gresik, bahkan tumbuh menjadi pusat politik yang panting di Jawa kala itu. Ketika Raden Patah (Demak Bintara) melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, Sunan Giri bertindak sebagai penasihat dan panglma militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak.
Menurut Babad Gresik, konon Raden Paku mendirikan Kedaton Tundo Pitu (istana bertingkat tujuh) diatas bukit Giri kedaton. Ditandai candi sengkala yang berbunyi Sumedya Resik herwulu Tahun1408 saka atau 1486 Masehi.. Dan pada awalnya masih sebagai pusat Pengembangan dan pendalaman agama Islam dan merupakan sentra religius bagi masyarakat Gresik dan Jawa pada umumnya, Perlu diketahu kalau santri-santri Sunan Giri berasal dari Pulau Madura, Jawa, Banjar, Ternate Tidore, Bima, Hutu (Philipina). Selain itu pada Tahun 1409 saka atau 1487 Masehi – 1605 Masehi (berakhirnya masa Sunan Prapen) berfungsi sebagai Pusat pemerintahan ditandai dengan dideklerasikannya Sunan Giri sebagai Raja Giri kedaton dengan Gelar Prabu Satmoto. Gelar tersebut ialah gelar kehormatan dari raden Patah. Sunan Giri wafat pada Tahun 1428 saka atau 1506 Masehi dan dimakamkan ± 500 M sebelah barat laut dari situs Giri Kedaton, dan Bangunan Makam itu hingga kini Ramai dikunjungi Masyarakat dan Peziarah.
 
Pada perkembangannya kemudian, Demak tidak lepas dan pengaruh Sunan Giri. Dan Sunan Giri diakui sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan se-Tanah Jawa. Meiuasnya pengaruh Sunan Giri di Gresik mi membuat Prabu Brawljaya, raja Majapahit kala itu murka. la memerintahkan patihnya, Gadjah Mada ke Giri. Penduduk Giri ketakutan dan membanjir ke kedaton Sunan, Ba-bad Tanah Djawi menuturkan, pada saat itu Sunan Girl sedang menulis. Lantaran terkejut mendengar musuh berdatangan merusak Giri, pena (kalam) yang di-pegangnya terlontar. Sunan Giri kemudian berdoa pada Sang Pencipta.

Ternyata kalam yang terlempar lantaran terkejut itu berubah meniadi keris. Keris dari kalam itu mengamuk sehingga membuat banyak tentara Majapahit yang menyerbu Giri tewas, Sisanya kabur. berlarian kembali ke Majapahit. Dan keris dari kalam itupun dikisahkan kembah sendirl ke Giri Kedaton, tergeletak dl depan Kanjeng Sunan Giri dengan berlumuran darah. Sunan lalu berdoa pada Yang Maha Kuasa dan mengatakan pada rakyat Giri kalau kerisnya yang ampuh itu dinamai Kalam Munyeng.Keris ini pernah dibawa ke Negeri Belanda pada akhir abad ke-17 M, lantaran dianggap mampu melahirkan semangat resistensi terhadap kompeni Belanda, kemudian dikembalikan ke Gresik pada tahun 1772. Keris ini sampai sekarang tersimpan di makam Sunan Giri dan replikanya tersimpan di Museum Daerah Kabupaten Gresik.


Ilmu Hikmah Warisan Walisongo dan Kaifiat Amaliahnya

Wali Songo, Ilustrasi
Bagi masyarakat luas, Ilmu Hikmah nampaknya terasa agak asing. Namun seperti ilmu-ilmu lain yang tumbuh dan berkembang dari Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan berbagai paradigma, dogma, doktrin, dan mitosnya seperti ilmu nahwu, sharaf, balaghah, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, filsafat, manthiq, ilmu falak, ilmu kimia, ilmu hitung, dan lain-lain, Ilmu Hikmah kronologinya  dikembangkan oleh para ulama sebagai bidang ilmu tersendiri dengan paradigma, dogma, doktrin, dan mitos yang secara epistemologi berbeda dengan ilmu-ilmu Islam yang lain.  Dalam sejarah dakwah Islam di Nusantara,

 Ilmu Hikmah dikembangkan oleh para Wali Songo yang dipelopori Sunan Ampel yang membawa kitab-kitab berisi wejangan ilmu gaib asal Campa yang disebut Tapuk Cakarai yang berisi ilmu wifiq, rajah, azimat, asmaa’,  petungan a-ba-ja-dun-ha-wa-zun, wirid, hizb, doa khusus, tawassul, dan lain-lain.  Kitab Tapuk Cakarai berisi wejangan ilmu gaib inilah yang belakangan dirangkum oleh para ulama dan ruhaniwan keturunan Wali Songo sebagai pusaka warisan leluhur yang disebut PRIMBON, yang bermakna khazanah kelimpahan pengetahuan.

Sebagai kitab pegangan dalam Ilmu Hikmah, Primbon tentu saja hanya salah satu dari  kitab warisan yang dipusakakan. Sebab setelah Wali Songo, para ulama penerus dakwah Islam menggunakan kitab-kitab pegangan Ilmu Hikmah asal Timur Tengah yang  masyhur seperti Kitab Syamsul Ma’arif, Al-‘Aufaq, Tajul Muluk, Silakhul Mu’min, Al-Mubarak, Mujarabah, Dalail al-Khairat, Mu’asrar, dan lain-lain. Selama rentang waktu ratusan tahun, Ilmu Hikmah banyak digunakan oleh masyarakat tradisional sebagai salah satu ikhtiar untuk mengatasi berbagai macam kesulitan dalam kehidupan yang kadang kala tidak bisa dipecahkan oleh kekuatan jasmani dan akal.

Selama rentang waktu era modern berlangsung – yang ditandai menguatnya aliran pemikiran positivisme yang dikembangkan August Comte yang sekuler, rasional, materialis, dan empirisme – Ilmu Hikmah dinilai sebagai ilmu klenik, ilmu perdukunan, sihir, dan ilmu mistis yang sesat dan tidak masuk akal yang harus dijauhi dan dimusnahkan. Namun seiring perubahan peta pemikiran dunia  dengan munculnya aliran pemikiran Post-structuralism dan Post-modern yang esensinya melepaskan epistemologi keilmuan dari logosentrisme Barat yang bersifat oposisi biner, maka Ilmu Hikmah tidak bisa lagi dinilai sebagai ilmu klenik bagian dari mitos.

Bertolak dari pemikiran Post-structuralism dan Post-modernism yang hakikatnya tidak berbeda dengan tradisionalisme, warisan para ulama era Wali Songo dan penerusnya yang menjadi bagian integral dari budaya masyarakat muslim Nusantara yang menganut faham Ahlus Sunnah wal-Jama’ah yang menganut empat mazhab (mazhahib al-arba’), kami akan menyuguhkan secara bersambung bagian demi bagian dari ilmu hikmah yang dibutuhkan oleh masyarakat muslim tradisional maupun masyarakat muslim post-modern dalam mengatasi kesulitan hidup dengan ikhtiar melalui ilmu hikmah. Berdasar kitab-kitab ilmu hikmah yang sebagian besar peninggalan Sunan Giri dan Sunan Ampel serta Sunan Kalijaga yang disimpan di KPPN (Koleksi Perpustakaan Puspa Negara – yang sebagian dijadikan rujukan utama dalam skripsi dan tesis di FIB Universitas Airlangga), berikut ini akan dipaparkan kaifiat amaliah ilmu hikmah sesuai kebutuhan tertentu masyarakat:
 Doa Istighfar Bapa Adam
Yang dimaksud Doa Istighfar Nabi Adam adalah ayat 23 dari Surah Al-A’raf  dalam Al-Qur’an yang dibaca sebanyak-banyaknya dalam hitungan ganjil. Barangsiapa membaca doa istighfar Bapa Adam ini akan diampuni dosa dan kesalahannya serta akan dianugerahi kedudukan yang mulia.

Doa harus dibaca dalam bahasa al-Qur’annya, yaitu:
Bismillahirrohmanirrohiim
Robbana Ya Robbana dholamna anfusanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarkhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin (Tuhan kami, Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri (nafs) kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak  memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”).
Selama mengamalkan doa istighfar Bapa Adam ini tidak diperkenankan berbicara dan menekuk lutut –kecuali sembahyang — serta tidak boleh berteduh selama tiga hari tiga malam. Boleh makan tetapi tidak boleh bicara.

Doa Agar Berderajat dan Cukup Rejeki
Doa ini dibaca untuk memudahkan permohonan kepada Allah agar jauh dari kekurangan sandang dan pangan sampai menjadi kaum gharimiin dan bahkan gembel serta derajatnya diangkat dari kenistaan.Doa yang harus dibaca adalah:
Bismillahir rohmaanir rohiim.
Allohumma Yaa Ghoniyyu Yaa Hamiidu Yaa Mubdi’u Yaa Mu’iidzu Yaa Rokhiimu Yaa Waduudu Aghnini bihalalika an Haromika Wa akfinii wa bii Fadlika amman siwaka. Birokhmatika Yaa Arkhamar Rokhimiin.
Doa dibaca setiap usai sembahyang fardlu dan usai sembahyang Jum’at 3 x.
Nama Allah “Al-Ghoniyyu”(Yang Mahakaya) jika banyak disebut berulang-ulang, maka akan membawa pengaruh pada kekayaan jiwa dan materi yang membuat orang berdiri sendiri tidak tergantung pada kekuasaan orang lain. Nama Allah “Al-Hamiid” (Yang Maha Terpuji) jika disebut berulang-ulang akan membawa derajat kemuliaan.  Nama Allah “Al-Mubdi”  jika disebut berkali-kali akan membawa pengaruh terbukanya pintu kepandaian pada ilmu hikmah dan memudahkan pemahaman. Nama “Al-Mubdi” lazimnya digunakan sebagai amaliah dzikir oleh para santri yang sedang belajar ilmu balaghoh dan ilmu ma’ani. Nama Allah “Al-Mu’idzu” (Yang Maha Memuliakan) jika disebut berulang-ulang akan membawa pengaruh meningkatnya derajat kemuliaan. Nama Allah “Ar-Rokhiim”(Yang Maha Penyayang) jika diucapkan berkali-kali akan membawa pengaruh perbawa welas asih kepada orang di sekitarnya. Dengan mengamalkan doa di atas, maka Allah akan memberikan karunia kemuliaan sesuai Nama-nama Indah-Nya (al-asma’ al-husna).

Doa Pembuka Rejeki (1)
Bismillahir rohmaanir rohiim
Allahumma Yaa Ghaniyyu Yaa Hamiidu Yaa Mubdi’u Yaa Mu’iidu Yaa Rohiimu Yaa Waduudu Aghnini Bihaalaalika ‘AnharamikaWakfiinii Bifadhlika  ‘Amman Siwaaka Wa Shallaallahu Alaa Sayyidiina Muhammadin Wa Alihii  Wa Shahbihii Wa Sallama.
Barangsiapa yang membaca doa ini bakdal Shalat Jum’at, maka hutangnya akan cepat terbayarkan oleh Allah dengan cara-Nya yang sering  tidak tersangka-sangka dan ia akan merasa berkecukupan hidupnya.  Sebagian ulama berkata,”Barangsiapa membiasakan membaca doa ini sehabis mengerjakan shalat fardlu, Allah akan menjadikan hidupnya berkecukupan.
Doa Pembuka Rejeki (2)
Bismillahir Rohmaanir Rohiim Allahumma Yaa Ahadu Yaa Waahidu Yaa Maujudu Yaa Jawwadu Yaa Baasithu Yaa Kariimu Yaa Wahhabu Yaa Dzaththauli Ya Ghaniyyu Yaa Mughnii Yaa Fattaahu  Yaa Razzaqu Yaa ‘Aliimu Yaa Hayyu Yaa Qayyuumu Yaa Rahmaanu Yaa Rohiimu Yaa Badii’as Samaawati Wal Ardh Yaa Dzal Jalaali Wal Ikrammi Yaa Hannaanu Yaa Mannaanu  Infahni Minka Binafhatin Khairin Tughniinii  ‘Ammansiwaaka Intastaftahu  Faqad Jaa’akumulfathu Inna Fatahnaa Laka Fathan Mubiina Nahrun Minallahi Wa Fathun Qariibun Wa Basysyril Mu’miniina Allahumma Yaa Ghaniyyu Yaa Hamiidu Yaa Mubdi’u Yaa Mu’iidu Yaa Rohiimu Yaa Waduudu Yaa Dzal ‘Arsyl Madjiidi Yaa Faa’alu Limaa Yuriidu Aghniinii Bihalaalika ‘Anharamika Wa Aghniini Bifadhlika ‘Amman Siwaaka Wahfaznii Bimaa Hafizhta Bihidz Dzikra Wan Shurniibimaa Nasharta Bihir Rusula Innaka Alaa Kulli Syai’in Qadiirun. Wa Shallaallahu alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa Alaa Aalihi Wa Shabihii Wa Sallama ‘Adada Khalqihii Wa Zinata ‘Arsyihi Wa Midada Kalimaatihii Wal Hamdulillahi Robbil ‘Aalamiina.

Barangsiapa yang senang membiasakan diri membaca doa ini setiap bakdal shalat fardhu, terutama dibaca bakdal shalat Jum’at, maka Allah senantiasa akan melindungi dari segala macam perkara yang menakutkan. Allah juga akan menjauhkannya dari keburukan perbuatan orang-orang yang memusuhi. Allah terutama akan membukakan pintu rejeki dan mempermudah kehidupannya.

Doa Berlindung dari Hutang dan Musuh
Bismillahir Rohmaanir Rohiim Allahumma inni A’udzubika min Ghalabatid Daini Wa Ghalabatil ‘Aduwwi Wa Syamaatatil A’daai.
Barangsiapa membaca doa ini setiap habis shalat fardhu, maka ia akan terhindar dari tekanan hutang-piutang, terhindar dari ancaman musuh dan kesukacitaan musuh.

Doa Agar Bisa Melunasi Hutang
Bismillahir rohmaanir rohiim Allahumma inni A’uudzubika minal hammi Wal Khazhani Wal ‘Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Jubni Wadh Dhola’id Daini Wa Ghalabatir Rijaali.
Barang siapa yang membiasakan membaca doa ini setiap bakdal shalat fardlu, Allah akan melindunginya dari kesusahan dan kesedihan, menjauhkan dari kelemahan, kemalasan, sifat kikir dan pengecut, serta membebaskannya dari lilitan hutang dan membebaskannya dari keadaan dikuasai orang lain.


Senin, 28 Agustus 2017

Misteri ‘Lingsir Wengi,’ Konon Tembang Pemanggil Kuntilanak

Film 'Kuntilanak' sukses membuat anggapan jika lagu 'Lingsir Wengi' adalah tembang pemanggil mahluk halus bernama Kuntilanak, dalam film itu, bagi siapa saja yang melantunkan tembang 'Lingsir Wengi' di malam hari maka sang kuntilanak akan datang dan mengganggunya.
Tapi apakah benar?
Nyatanya lagu Lingsir Wengi merupakan karya salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga atau biasa disebut Raden Said.
Sunan Kalijaga salah satu wali yang menyebarkan ajaran Islam dengan media budaya jawa, seperti wayang kulit, seni ukir, gamelan, dan tembang-tembang Jawa.
Dilihat dari lirinya, Sunan Kalijaga sengaja membuat lagu ini sebagai lagu penolak bala dalam mencegah gangguan mahluk gaib di malam hari.
Bahkan lagu ini juga dijadikan doa kepada Tuhan untuk keselamatan diri dari segala marabahaya, penyakit dan musibah. Sunan Kalijaga biasanya menyanyikan lagu ini setelah salat Tahajud alias Salat disepertiga malam, kemudian lagu ini jadi populer di kalangan masyarakat Jawa.
Setelah masa penyebaran agama Sunan Kalijaga di pulau Jawa usai, lagu ini pun berubah fungsi, karena iramanya yang mendayu-dayu, para ibu-ibu di Jawa menjadikan lagu ini sebagai lagu pengantar tidur untuk anak-anak mereka yang masih terjaga saat larut malam.
Barulah setelah film 'Kuntilanak' tayang, hingga kini masyarakat Indonesia banyak menganggap lagu 'Lingsir Wengi' sebagai lagu pemanggil Kuntilanak, tentu saja hal ini adalah hal yang salah dan sama sekali tidak ada korelasinya.
Berikut lirik dan arti lagu 'Lingsir Wengi'.
Bahasa Jawa
Lingsir Wengi
Lingsir wengi
Sepi durung biso nendro
Kagodho mring wewayang
Kang ngreridhu ati
Kawitane
Mung sembrono njur kulino
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno
Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi
Nandang bronto
Kadung loro
Sambat-sambat sopo
Rino wengi
Sing tak puji ojo lali
Janjine mugo biso tak ugemi

Bahasa Indonesia
Menjelang Tengah Malam
saat menjelang tengah malam
sepi tidak bisa tidur
tergoda bayanganmu
di dalam hatiku
permulaanya
hanya bercanda kemudian terjadi
tidak mengira akan jadi cinta
kalau sudah saatnya akan terjadi pada diriku
menderita sakit cinta(jatuh cinta)
aku harus mengeluh kepada siapa
siang dan malam
yang saya cinta jangan lupakan ku
janjinya kuharap tak diingkari

Sedangkan durmo (bagian macapat) lingsir wengi yang dinyanyikan di film kuntilanak berlirik seperti ini:
Bahasa Jawa
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo
jin setan kang tak utusi
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet

Bahasa Indonesia
Menjelang malam, dirimu(bayangmu) mulai sirna
Jangan terbangun dari tidurmu
Awas, jangan terlihat (memperlihatkan diri)
Aku sedang gelisah,
Jin setan ku perintahkan
Jadilah apapun juga,
Namun jangan membawa maut



Asal-Usul Nama Sunan Geseng

Petilasan Sunan Geseng
Pada zaman dahulu, ada seorang wali yang terkenal sangat sakti, namanya ialah Kanjeng Sunan Kalijaga. Dalam usahanya untuk menyiarkan agama Islam, Kanjeng Sunan Kalijaga senantiasa berkelana ke berbagai tempat di seluruh tanah Jawa. Pada suatu hari, perjalanan Kanjeng Sunan Kalijaga sampai di wilayah Bagelen1.

Waktu itu, sebagian besar penduduk Bagelen bermatapencaharian sebagai tukang “nderes” (penyadap aren). Saat Kanjeng Sunan Kalijaga tiba di Bagelen, ia menjumpai seseorang yang akan nderes. Orang itu membawa tabung bambu sebagai wadah legen (nira) yang diikatkan pada punggungnya.


Pada saat akan memanjat pohon kelapa, orang itu mengucapkan mantra: “Klonthang-klanthung, wong nderes buntute bumbung” (klontang-klanthung, orang nderes ekornya bumbung).

Mendengar itu, bertanyalah Kanjeng Sunan Kalijaga: “Ki sanak, mengapa waktu akan kamu memanjat mengucapkan kalimat itu?”

“Yang saya ucapkan itu bukan kalimat sembarangan,” jawab yang ditanya. “Kalimat itu mantranya tukang nderes seperti saya ini, bila ingin hasil yang banyak.”

“Caramu itu kurang tepat, ki sanak,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga.

Mendengar itu, tukang nderes tersebut nampak tersinggung, lalu katanya: “Ki sanak rupanya belum tahu. Aku ini Kyai Cakrajaya. Semua orang di Bagelen ini tahu siapa aku. Aku menjadi tukang nderes ini sejak kecil. Dan pekerjaan ini adalah warisan dari nenek moyangku. Sejak nenek moyangku dahulu, mantra-mantra tukang nderes ya seperti itu. Mengapa ki sanak mau menggurui aku?”

“Maafkan aku, Kyai Cakrajaya,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga. “Bukan maksudku akan menggurui Kyai. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku mempunyai mantra yang akan dapat menelorkan hasil lebih banyak lagi.”

“Maksud ki sanak, mantra itu dapat menghasilkan legen lebih banyak lagi?” tanya Kyai Cakrajaya.

“Bukannya menghasilkan legen yang banyak, melainkan meskipun sedikit, tetapi dapat untuk menghidupi seluruh keluarga selama satu tahun,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga.

“Omong kosong,” kata Kyai Cakrajaya dengan perasaan jengkel.

“Kalau aku boleh membuktikan, mungkin ki sanak akan mempercayai omonganku,” Kanjeng Sunan Kalijaga menjelaskan.

“Silakan ki sanak membuktikannya,” kata Kyai Cakrajaya.

“Bolehkah aku ikut memasak legen itu?” tanya Kanjeng Sunan.

“Silakan,” jawab Kyai Cakrajaya.

Kanjeng Sunan Kalijaga lalu mengikuti Kyai Cakrajaya pulang. Sesampai di rumah Kyai Cakrajaya, mereka berdua mulai memasak legen, lalu di cetak dengan tempurung kelapa, untuk dijadikan gula. Kanjeng Sunan mencetak satu tangkep, lalu diserahkan kepada Kyai Cakrajaya.

“Kyai, sekarang aku akan melanjutkan perjalanan. Pesanku: gula satu tangkep ini jangan dibuka, sebelum aku keluar dari desa ini.” Setelah berkata demikian, Kanjeng Sunan Kalijaga lalu meninggalkan rumah Kyai Cakrajaya.

Beberapa saat lamanya setelah Kanjeng Sunan Kalijaga pergi, barulah Kyai Cakrajaya membuka cetakan gula yang diserahkan oleh tamunya tadi. Betapa terkejut Kyai Cakrajaya, setelah tahu isi cetakan itu, bukanlah gula kelapa, melainkan emas.

Kini tahulah Kyai Cakrajaya, bahwa tamunya tadi bukannya orang sembarangan, melainkan orang yang memiliki kesaktian luar biasa.

“Kalau bukan orang sakti, tidak mungkin dia memiliki kemampuan luar biasa seperti itu,” begitu pikir Kyai Cakrajaya. Cepat-cepat dia berlari keluar dari rumahnya, mengejar tamunya yang baru saja berangkat. Emas sebesar satu tangkep gula kelapa, ditinggalkannya begitu saja.

Setelah berhasil mengejar, Kyai Cakrajaya pun berkata: “Kalau saya diperbolehkan mengetahui bagaimana bunyi mantra itu, maka hidup matiku kuserahkan kepada Kanjeng Sunan,” begitu kata Kyaia Cakrajaya setelah berhadapan dengan Kanjeng Sunan Kalijaga.

“Mantra yang mana?” sambung Kanjeng Sunan.

“Mantra untuk membuat gula berubah menjadi emas,” jawab Kyai Cakrajaya.

“Untuk mendapat mantra itu, imbalannya sangat besar,” kata Kanjeng Sunan.

“Apakah imbalannya, Kanjeng Sunan?” tanya Kyai Cakrajaya.

“Laku, celathu, tumindak2,” jawab Kanjeng Sunan Kalijaga. “Kalau kamu ingin, bergurulah kepadaku. Ikutilah segala tingkah lakuku.”

Singkat cerita, sejak saat itu, Kyai Cakrajaya meninggalkan tempat tinggalnya di Bagelen, meninggalkan segala barang miliknya, lalu mengikuti Kanjeng Sunan Kalijaga berkelana. Selama berkelana itu, Kanjeng Sunan Kalijaga mengajarkan ajaran agama Islam kepada Kyai Cakrajaya.

Pada suatu hari, berkatalah Kanjeng Sunan Kalijaga: “Anakku Cakrajaya. Aku akan bersembahyang ke Mekkah. Tongkatku ini kutinggalkan di sini,” sambil berkata begitu, Kanjeng Sunan Kalijaga menancapkan tongkat bambunya ke tanah. “Jagalah tongkatku ini selama aku pergi. Jangan kau meninggalkan tempat ini sebelum mendapat perintahku.”

“Sendika,” kata Kyai Cakrajaya.

Kanjeng Sunan pergi, sedang Cakrajaya dengan setianya melaksanakan pesan Kanjeng Sunan. Dia duduk bersila di dekat tongkat yang ditancapkan di tanah itu.

Ternyata kepergian Kanjeng Sunan Kalijaga itu lama sekali, sehingga pada saat kembali lagi di tempat beliau menancapkan tongkat, keadaan telah berubah. Tempat itu telah ditumbuhi “dhapuran pring ori” (sejenis pohon bambu) yang rimbun sekali. Kyai Cakrajaya duduk bersila dengan tenangnya di tengah rumpun bambu itu.

“Mengapa kau tetap di situ?” tanya Kanjeng Sunan.

“Mematuhi pesan Kanjeng Sunan, saya tidak pergi meninggalkan tempat ini sebelum mendapat perintah.”

“Kalau begitu, kuperintahkan, keluarlah dari situ,” kata Kanjeng Sunan.

“Maaf, Kanjeng Sunan,” jawab Kyai Cakrajaya. “Tanpa bantuan Kanjeng Sunan, tak mungkin saya dapat keluar dari rumpun bambu yang penuh duri ini.”

“Bagaimana kalau ku bakar dhapuran bambu ini?” tanya Kanjeng Sunan.

“Silakan, Kanjeng Sunan,” kata Kyai Cakrajaya tegas.

“Kau tidak takut terbakar?” tanya Kanjeng Sunan Kalijaga.

“Mematuhi perintah Kanjeng Sunan, apapun yang terjadi, hamba tidak takut menghadapinya,” kata Kyai Cakrajaya.

Kanjeng Sunan lalu membakar rumpun bambu itu. Api berkobar memakan habis rumpun bambu itu, dan Kyai Cakrajaya dapat keluar dengan selamat, hanya kulitnya menjadi hitam karena hangus.

“Sekarang ujianmu sudah lulus, maka kamu kuberi sebutan Sunan,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga. “Dan karena tubuhmu geseng (hangus), maka kamu kunamakan Geseng. Sejak saat itu, Kyai Cakrajaya dikenal dengan nama Sunan Geseng.

“Karena api yang mulad-mulad (berkobar-kobar) yang dapat membebaskan kamu dari kungkungan rumpun bambu, maka tempat ini kunamakan Muladan”.

Dari tempat itu, Sunan Geseng lalu diajak berjalan ke arah timur. Di suatu tempat, Kanjeng Sunan Kalijaga lalu menancapkan tongkatnya. Setelah tongkat itu dicabut, timbullah sumber air dan menjadi sendang. Sunan Geseng disuruh mandi di sendang itu. Seketika itu pula kotoran hangus pada tubuh Sunan Geseng dapat bersih terhapus, hanyut di bawa aliran air, sampai di sungai yang dinamakan Kedhung Pucung, dan sedang itu dinamakan Sendang Banyu Urip.

“Jebeng,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga. “Kali Kedhung Pucung ini tempat tertampungnya noda kotoran atau cemar yang semula melekat pada tubuhmu. Para punggawa pemerintah jangan mandi di sungai ini, agar jangan kena cemar.”

Konon, sampai sekarang, kepercayaan terhadap pengaruh air kali Kedhung Pucung itu masih hidup. Para pegawai pemerintah dan alat negara, tak berani mandi di kali itu, khawatir dipecat atau turun pangkat.

Selanjutnya Kanjeng Sunan Kalijaga mengajap Sunan Geseng berjalan ke arah barat. Sampai di suatu tempat, mereka berdua berhenti, lalu menetap. Di tempat itu Kanjeng Sunan Kalijaga memberikan wejangan yang mendalam tentang agama Islam kepada Sunan Geseng. Dengan tekunnya Sunan Geseng ngaji (mempelajari) ilmu yang dituangkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Tempat itu akhirnya berkembang menjadi sebuah desa, disebut Desa Ngajen3.


1 Bagelen dahulu termasuk dalam Karesidenan Kedu, Provinsi Jawa Tengah.

2 Laku, celathu, tumindak artinya berlaku, berbicara dan bertindak baik.

3 Desa Ngajen saat ini berada di wilayah Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.


Makna Simbolik di Balik Tembang ‘Lir-Ilir’


Bagi  masyarakat Jawa atau memiliki darah keturunan orang Jawa, pasti tidak asing dengan lagu daerah Jawa berjudul 'Lir-Illir' bukan?
Lagu ini memang cukup populer, dengan senandung yang mendayu-dayu tapi bersemangat dan makna juga arti yang begitu kaya.
Tapi tahukah Anda siapa yang menulis lagu Lir-Ilir? ternyata lagu ini merupakan karya dari salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah satu-satunya Walisongo yang berdarah Jawa Asli, Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui berbagai kesenian jawa, mulai dari wayang, lagu, dan kesenian-kesenian rakyat lainnya.
Setiap menulis lagu, Sunan Kalijaga selalu menyelipkan makna dengan nilai filosofi kehidupan yang mendalam, tak terkecuali dengan lagu 'Lir-ilir' ini.
Makna yang terkandung dari lagu Lir-ilir adalah sebagai umat Islam, kita harus sadar, kemudian bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas dan lebih mempertebal keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Diri kita digambarkan dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.
Kemudian disebutkan juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang mampu menjadi imam, seseorang yang bisa "mengembalakan" makmumnya ke jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati, bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu.
Kemudian si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri dari 5 perkara.
Si anak gembala tetap harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.
Si anak gembala memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.
Berikut liriknya: 
Lir-ilir, lir-ilir…
Tandure wis sumilir…
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar…
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi…
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro…
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir…
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane…
Yo surako… surak iyo…
Bhaasa Indonesia
Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah
(pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping

Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya 

Senin, 21 Agustus 2017

Ajian Macan Putih, Warisan Sunan Kalijaga Banyak di Buru Penguasa

Kancah Spiritual Nusantara, Ajian Macan Putih, konon dimiliki oleh seseorang agar ingin Nampak berkharisma, berwibawa dan bijaksana serta disegani oleh banyak orang. Berdasarkan legenda, ternyata Prabu Siliwangi dan Sunan Kalijaga sebagai salah satu orang yang dianggap hebat pada waktu itu juga menguasai ajian ini, yakni, Sunan Kalijaga. Berikut penuturan seorang ahli Supranatural, Gus Cokro ST, perihal kedasyatan ilmu Ajian Macan Putih.
Di beberkan oleh Gus Cokro ST, dalam sejarahnya, ajian Macan Putih  merupakan salah satu ilmu yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Kanjeng Sunan  menciptakan ajian ini dengan tujuan yang sangat mulia, yakni untuk membantu saudara, sabahatnya  agar lebih berwibawa dan berkharisma sebagai seorang pemimpin. Bahkan para penyebar agama Islam kala itu, diberikan ilmu ajian macan putih hasil ciptaannya. Tujuannya adalah agar supaya ketika menyampaikan dakwah, para penyebar Islam lebih disegani oleh masyarakat. “ Berkat Kewibawaan dan Kharisma yang dimiliki para juru dakwah  kala itu, agama Islam mudah dan cepat diterima oleh khalayak ramai atau masyarakat luas,” kata Gus Cokro ST.
Dalam perkembangannya, ajian macan putih ini menyebar ke seluruh Nusantara dan diikuti juga oleh beberapa pembesar Kerajaan seperti Prabu Siliwangi atau Kian Santang yang sangat terkenal di Tanah Jawa waktu itu. Namun, jika dibandingkan dengan perkembangan di jaman sekarang tentunya ajian ini sangatlah asing di telinga orang-orang modern. Hanya sebagian kecil saja yang menguasai ilmu ini, termasuk Gus Cokro sendiri yang mengaku mendapatkan ilmu dasyat ini dari gurunya saat beliau mesantren di wilayah Jawa Timur. Menurutnya, banyak juga masyarakat yang mendatangi padepokannya untuk sekedar menyerap ilmu Macan Putih yang dimilikinya. “ Apalagi ketika menjelang pilkada atau pemilu, mereka ingin tampil prima dengan kewibaan seorang pemimpin, salah satunya gengn memiliki ilmu Macan Putih,” tutur Gus Cokro ST.  
 Bagi Anda yang ingin meningkatkan kewibawaan diri, tidak ada salahnya untuk mencoba ajian macan putih ini. Ajian ini bisa digunakan oleh siapapun, baik laki-laki atau perempuan. Yang penting, bagi Anda yang berminat harus benar-benar bisa meyakinkan diri untuk serius, berniat tulus, dan memiliki tujuan yang jelas.
Untuk menjaga karomah dari ajian macan putih ini, Anda harus tetap berlaku baik selama dan sesudah melakukan puasa. Anda harus tetap sholat dan membaca ajian macan putih sebanyak 3 kali setiap sholat. Dan setelah memperoleh karomah tersebut, Anda tidak boleh berlaku sombong. Anda harus tetap rendah hati sehingga bisa disenangi oleh banyak orang karena kharisma dan kewibawaan Anda. Jika Anda ingin mendapatkan Ajian Macan Putih, silahkan mendatangi padepokan Gus Cokro ST sekarang juga.



Menyerap Ilmu Pangracutan Kanjeng Sunan Sunan Kalijaga

“BADANINGSUN JASMANI WUS SUCI, INGSUN GAWA MARANG KAHANAN JATI TANPO JALARAN PATI, BISO MULYO SAMPURNA WALUYA URIP SALAWASE, ANA ING ALAM DONYA INGSUN URIP TUMEKANE ‘ALAM KAHANAN JATI INGSUN URIP, SAKA KODRAT IRADATINGSUN, DADI SAKCIPTANINGSUN, ANA SASEDYANINGSUN, TEKA SAKARSANINGSUN.”

“Badan jasmani ku telah suci, kubawa dalam kehidupan sejati yang tidak diakibatkan kematian, dapat sempurna abadi selamanya, di dunia aku hidup, sampai di alam sejati aku juga hidup, dari kodrat iradat KU, terjadilah apa yang KU pikirkan, apa yang KU inginkan ada dan datang apa yang KU kehendaki” (Kanjeng Sunan Kalijaga)
Itulah mantra Ilmu Pangracutan yang terkenal sejak dipergunakan oleh Sunan Kalijogo dan Syekh Siti Jenar. Dua pendekar wali tanah Jawa ini terkenal karena kemampuannya untuk meracut seketika dan tiba-tiba. Meracut artinya melepaskan nyawa dari tubuh.

Menurut Sunan Kalijogo yang mendapatkan inti sari ilmu dari Sunan Ampel —-sebagaimana manuskrip huruf Jawa
Serat Kekiyasaning Pangracutan Serat Kekiyasaning karya Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645) yang ditulis kembali pada tahun shaka 1857 / 1935 masehi oleh R. Ng. Rongowarsito —-untuk menguasai ILMU PANGRACUTAN seseorang perlu memiliki dasar kemampuan spiritual yang mapan dan mumpuni. Kemampuan spiritual itu adalah mukjizat seperti yang di alami para Nabi, atau datangnya karomah seperti para Wali, atau datangnya Ma’unah seperti para mukmin khos.

Caranya adalah menjalani apa yang disebut LAKU LAMPAH 1000. Detail lakunya sebagai berikut:
1. Menahan hawa nafsu, 1000 HARI (siang dan malam)
2. Menahan Syahwat (Seks), 100 hari (siang dan malam)
3. Tidak berbicara, topo bisu 40 hari (siang dan malam)
4. Puasa padam api (pati geni) 7 hari 7 malam
5. Melek, lamanya 3 hari 3 malam
6. Pati raga/Raga Sukma, tidak bergerak-gerak lamanya sehari semalam

Keterangan sebagai berikut: Menahan hawa nafsu, bila telah mendapat 900 hari, lalu diteruskan dengan Menahan syahwat selama 40 hari lalu dirangkap juga dengan Membisu tanpa berpuasa selama 40 hari. Adapun membisu bila sampai pada 33 hari dilanjutkan dengan, Pati geni selama 7 hari tujuh malam, setelah mendapat 4 hari 4 malam dilanjutkan dengan Jaga selama 3 hari tiga malam, bila sudah mendapatkan 2 hari 2 malam dilanjutkan dengan Pati raga/Raga Sukma  sehari semalam.

Pakar ilmu kebatinan menamakan pati raga dengan kemampuan Meraga Sukma yang sangat bermanfaat karena bisa: 1. Mendekatkan yang jauh, 2. Apa yang dipikirkan akan terjadi 3. Mendatangkan apa yang dikehendaki, 4. Sangat bermanfaat bila digunakan di jalan yang benar termasuk bila telah sampai pada sakaratul maut. 5. Sarana melatih kenyataan, supaya dapat mengetahui pisah dan kumpulnya Kawula dan Gusti.

Saat latihan harus serius dan dipandu oleh yang sudah menguasai karena kita akan melewati alam kematian. Bila lengah akan mengakibatkan kematian permanen.

Adapun cara Pati Raga/Raga Sukma sebagai berikut:
1. Tangan Sedekap dengan kaki lurus berdempet, menutup kesemua lubang, jari-jari kedua belah tangan saling bersilang, ibu jari bertemu keduanya, lalu ditumpangkan di dada. Dalam sikap tidur itu kedua belah kaki diluruskan, ibu jari kaki saling bertemu, kelamin diamankan agar tidak terhimpit paha.
2. Pandangan memandang lurus dari ujung hidung lurus ke dada hingga tampak lurus melalui pusar hingga memandang ujung jari. Setelah semuanya dapat terlihat lurus maka memulai menarik nafas tadi. Dari kiri tariklah kekanan dan dari arah kanan tariklah kekiri. Kumpulnya menjadi satu berada di pusar beberapa saat lamanya, maka tariklah keatas pelan-pelan jangan tergesa-gesa. Kumpulkan nafas, tanafas, anafas, nufus gaib lalu pejamkan mata dengan perlahan-lahan, mengatubkan bibir dengan rapat, gigi dengan gigi bertemu. Pada saat itulah heningkan cipta, menyerah dengan segenap perasaan yang telah menyatu, pasrah kepada diri sejati kita pribadi.
Setelah itu, baca dengan kesadaran batin dibawah ini:

MANTRA1
INGSUN DZATING GUSTI KANG ASIFAT ESA, ANGLIMPUTI ING KAWULANINGSUN, TUNGGAL DADI SAKAHANAN, SAMPURNA SAKA ING KUDRATINGSUN.
Aku mengumpulkan Kawula Gusti yang bersifat Esa, meliputi dalam kawulaku, satu dalam satu keadaan dari kodrat-Ku=.
MANTRA 2
INGSUN DZAT KANG AMAHA SUCI KANG SIFAT LANGGENG, KANG AMURBA AMISESA KANG KAWASA, KANG SAMPURNA NILMALA WALUYA ING JATININGSUN KALAWAN KUDRATINGSUN.
Aku sebenarnya Dzat Yang Maha Suci, bersifat kekal, menguasai segala sesuatu, sempurna tanpa cacat, kembali pada hakekat-Ku, karena kodrat-Ku.

MANTRA 3
INGSUN DZAT KANG MAHA LUHUR KANG JUMENENG RATU AGUNG, KANG AMURBA AMISESA KANG KAWASA, ANDADEKAKE ING KARATONINGSUN KANGA GUNG KANG AMAHA MULYA. INGSUN WENGKU SAMPURNA SAKAPRABONINGSUN, SANGKEP, SAISEN-ISENING KARATONINGSUN, PEPAK SABALANINGSUN, KABEH ORA ANA KANG KEKURANGAN, BYAR GUMELAR DADI SACIPTANINGSUN KABEH SAKA ING KUDRATINGSUN.
Aku Dzat yang Maha Luhur, yang menjadi Raja Agung. Yang menguasai segala sesuatu, yang kuasa menjadikan istana-Ku, yang Agung Maha Mulia, Ku Kuasai dengan sempurna dari kebesaran-Ku, lengkap dengan segala isinya Keraton-Ku, lengkap dengan bala tentara-Ku, tidak ada kekurangan, terbentang jadilah semua ciptaanKu, ada segala yang Ku-inginkan, karena kodrat-Ku.

MANTRA 4
JISIMINGSUN KANG KARI ANA ING ALAM DUNYA, YEN WIS ANA JAMAN KARAMAT KANG AMAHA MULYA, WULU KULIT DAGING GETIH BALUNG SUNGSUM SAPANUNGGALANE KABEH, ASALE SAKA ING CAHYA MULIHA MARING CAHYA, SAMPURNA BALI INGSUN MANEH, SAKA ING KODRATINGSUN.
Aku meracut jisim-Ku yang masih tertinggal di alam dunia, bila telah tiba di zaman keramatullah yang Maha Mulia, bulu, kulit, kuku, darah, daging, tulang, sungsum keseluruhannya, yang berasal dari cahaya, yang berasal dari bumi, api, angin, bayu kalau sudah kembali kepada anasir-Ku sendiri-sendiri, lalu aku racut menjadi satu dengan sempurna kembali kepada-Ku, karena kodrat-Ku.

MANTRA 5
AKU MENARIK ANAK-KU YANG SUDAH PULANG KERAHMATULLAH, KAKI, NINI, AYAH, IBU, ANAK DAN ISTERI, SEMUA DARAH-KU YANG MEMANG SALAH TEMPATNYA, SEMUANYA AKU TARIK MENJADI SATU DENGAN KEADAAN-KU, MULIA SEMPURNA KARENA KODRAT-KU. AKU MENGUKUT KEADAAN DUNIA, AKU JADIKAN SATU DENGAN KEADAANKU, KARENA KODRAT-KU. KETURUNANKU YANG MASIH TERTINGGAL DI ALAM DUNIA, SEMUANYA SEMOGA MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN, KAYA DAN TERHORMAT, JANGAN SAMPAI ADA YANG KEKURANGAN, DARI KODRAT-KU.
MANTRA 6
AKU MENGAMALKAN AJI PENGASIH, KEPADA SEMUA MAHKLUK-KU, BESAR, KECIL, TUA, MUDA, LAKI-LAKI, PEREMPUAN, YANG MENDENGAR DAN MELIHAT SEMOGA WELAS ASIH PADAKU, KARENA KODRAT-KU.

MANTRA 7
AKU MENERAPKAN DAYA KESAKTIAN, KEPADA SEMUA MAHKLUK-KU, BARANG SIAPA YANG TIDAK MENGINDAHKAN AKU, AKAN TERKENA AKIBAT DARI KESAKTIAN-KU, KARENA KODRAT-KU.

Setelah selesai membaca mantra di atas, hati ditenangkan dan rasakan sensasinya. Kadang muncul sesak nafas namun harus ditertibkan lagi selalu ingat pada Tuhan dan sentosa. Penting untuk menjaga agar jangan sampai kacau balau pernapasan karena nafas itu ikatan badan berada di hati dan menjadi jembatan yang menghubungkan antara fikiran dan hati.

Bila sudah begitu roh larut lalu terasalah kram seluruh organ tubuh, mengakibatkan mata menjadi kabur, telinga menjadi lemas, hidungpun lemah lubang hidung menciut, lidah mengerut, akhirnya cahaya suram, suara hilang, yang tinggal hanyalah hidupnya fikir dan dzikir saja.
Kita akan merasakan nikmat pada seluruh bagian tubuh, melebihi kenikmatan ketika mengeluarkan rahsa saat bersenggama. Pada saat itulah di batin akan muncul tekad yang kuat bahwa kita ini hidup langgeng karena ada Dzat yang Maha Hidup di dalam diri kita dan kita akan karam dimabuk rindu pada DZAT-NYA…. wallahu’alam.



Mengunjungi Makam Wali Allah, Sultan Suriansyah

Makam Sultan Suriansyah   S ultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yan...