Makam Sunan Muria |
Masyarakat di kawasan
Desa Colo, Kecamatan Colo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah masih menjunjung tinggi
ajaran Sunan Muria yang disebut dengan Tapa Ngeli.
Dalam buku Sunan Muria Today yang disusun Yayasan Makam Masjid Sunan Muria (YM2SM) bersama dengan Jurusan Sejarah FIB Universitas Diponegoro terbitan tahun 2013 bahwa ada dua pengertian dari ajaranTapa Ngeli.
Pertama, secara harfiah, Tapa Ngeli berarti aktivitas jasmaniah dengan melakukan semedi menghanyutkan diri di sungai. Praktik ini biasa ditemui dalam tradisi mereka yang meyakini tarikat sebagai salah satu syarat seseorang untuk memperoleh ilham atau ilmu.
Tapa Ngeli mengajarkan bahwa ilmu harus diperoleh dengan berupaya sungguh-sungguh dan menghilangkan pikiran negatif.
Kedua, Tapa Ngeli secara maknawi adalah sikap diri untuk menerima segala takdir kehidupan. Ajaran ini mengajarkan seseorang untuk rendah hati, mengalir dan tidak neko-neko.
Selain itu, Sunan Muria juga mengajarkan para pengikutnyan untuk menjadi saleh sosial. Menjadi saleh sosial berarti bertakwa kepada Allah dan bertanggung jawab terhadap sesama.
"Ajaran saleh sosial inilah yang menjadi inti dari ajaran Sunan Muria yaitu pagerono omahmu kanthi mangkok (pagarilah rumahmu dengan mangkuk). Salah satu implementasi saleh sosial adalah dermawan terhadap sesama," ungkap keturunan ke 15 Sunan Muria Mastur.
Sejak dulu Sunan Muria selalu mengedepankan penghargaan terhadap leluhur, adat istiadat dan sikap toleran terhadap siapapun. Penghargaan terhadap seni dan budaya juga ditunjukkan dengan adanya dua tembang Jawa, yakni tembang Kinanti dan Sinom.
Kedua tembang tersebut berisi tentang orang tua yang senantiasa menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua. Serta memberi pesan kepada para pemimpin bahwa kepentingan rakyat harus menjadi panglima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar