Selasa, 01 Agustus 2017

Prosesi Klasik Membuat dan Menulis Rajah

Segala macam tulisan / simbol / Rajah / Asma’ suci yang ditulis untuk dijadikan sebagai azimat (tangkal) pasti ada syaratnya. Artinya tidak sembarangan menulis. Dalam pengetahuan,  para spiritualis dan guru mistik mempunyai cara dan syarat yang berbeza-beza dalam menulis Rajah sebagai azimat. 

Tapi syarat yang penting adalah keyakinan dan kemampuan menjalin energi ghaib. Yang boleh didapat dengan jalan ber-meditasi, tapa, tirakat, puasa atau dengan berbagai lelaku lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan Tatacara menulis yang baik sesuai kaidah penulisan Rajah.
Berikut ini saya tunjukkan salah satu teknik cara menulis Rajah yang telah kami praktekan selama ini.

Penulisan Rajah Sebagai Azimat
Bersuci baik badan, pakaian maupun tempat (bersih). Untuk mensucikan badan    dengan cara mandi keramas (jinabat) dengan niat untuk menghilangkan hadast besar dan lakukan wudhu untuk membersihkan hadast kecil.

Selama proses pembuatan azimat tidak diperbolehkan bicara (diam/khusyuk) kecuali ada doa khusus yang harus dibaca.

Nafas harus cepat keluar lewat lubang hidung sebelah kanan atau bisa dengan tahan nafas.

Sebisa mungkin lafal Rajah ditulis secara benar (sesuai aslinya) dan rapi. Bila huruf tersebut berlubang maka harus ditulis berlubang. Mengikuti kaidah penulisan Rajah.

Memakai wewangian. Biasanya memakai zakfaron, misik, air mawar untuk campuran tintanya. Namun ini bukan syarat  mutlak, karena memang ada beberapa jenis Rajah yang mensyaratkan memakainya tapi ada juga jenis rajah yang tidak perlu memakai campuran minyak wangi.

Pena yang digunakan adalah bisa pena biasa (bolpoint), spidol, atau pena yang dibelah ujungnya (seperti gambar dibawah ini). Disesuaikan dengan jenis Rajahnya.

Pemilihan Waktu Tepat Membuat Azimat

Untuk pemilihan waktu pembuatan azimat, tergantung dari jenis azimat yang akan dibuat. Misalnya Jenis azimat keselamatan, pagar ghaib, perlindungan, hari yang baik adalah malam Jumat (Kliwon).
Untuk jenis azimat kerezekian, pelarisan usaha dan sejenisnya, dibuat pada hari Kamis (Legi).

Untuk jenis azimat pengasihan dan kasih sayang, dibuat pada hari Kamis atau Selasa (Kliwon). Dan lain-lain, intinya semua disesuaikan dengan jenis azimatnya.
Dikeranakan harus disesuaikan dengan waktu, maka pembuatan azimat memang tidak bisa dibuat setiap hari. Ini seperti halnya dalam Mantra-Aji Jawa, telah ditentukan harinya untuk memulai ritual/puasanya. Misalnya Ajian Bandung Bondowoso, ritualnya Nglowong yang dimulai hari Sabtu Kliwon. Ajian Kulhu Sungsang, ritual Patigeni dimulai hari Selasa Kliwon dsb. Jika menulis rajah tidak dijadikan sebagai azimat, misalnya hanya untuk terapi penyembuhan (rajah direndam dalam air) maka rajah tersebut boleh ditulis bila saja saat memerlukannya.

Arah Memandang
Bagi saya arah pandangan yang terbaik saat membuat azimat adalah menghadap kiblat. Karena semulia-mulia arah adalah Qiblat. Namun tidak mutlak selalu demikian, disesuaikan dengan jenis rajah dan kondisinya.

Doa yang dipanjatkan
1.    Sebelum melakukan penulisan rajah diawali membaca doa ini 3 x:“Bismillahir rohmanir rohim. Qul uhiya ilay’ya anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof”
2.    Kemudian dilanjutkan dengan melakukan meditasi sejenak (menjalin energi ghaib) setelah itu baru dilakukan penulisan rajah.
3.    Rajah yang telah selesai ditulis kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak mudah rusak dan kotor apabila dibawa-bawa.
Saat akan melipat atau membungkus Rajah bacalah :
·         Surat Al fatihah (1x)
·         Innaa fatahnaa laka fat’ham mubiinaa  (3x)
(Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata)
·         Nasrun minallahi wa fat’hun qoribun, wa bas’syiril mu’miniin (3x)
(Artinya: Pertolongan dari Allah dan kemengan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman)
·         Allohuma sholi ala sayidina muhammadin (3x)
(Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada junjungan kami Muhammad)
·         Astagfirullah hal ‘adhim (3x)
(Artinya: Aku memohan ampun kepada Allah Yang Maha Agung)
·         Laa illaaha illaallah (3x)
(Artinya: Tidak ada Tuhan selain Allah)
·         Inna taqorruban ilallohil aliyyil adhim (3x)
(Artinya: Bahwasanya ini merupakan taqorrub kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)

Demikian Tatacara pembuatan ajimat. Memang dalam pandangan sebagian orang, cara ini terkesan ribet, tidak praktis, harus menunggu hari-hari tertentu. Namun demikianlah tuntunan ilmu yang kami amalkan, jadi ini bukan sekedar teori seperti dibuku-buku mujarobat. Dengan dasar intuisi yang kuat (semacam ilham) dan kewaskitaan (Visi) maka pembuatan ajimat menjadi tidak sulit.

Sebagai gambaran seperti berikut: Saya pribadi membuat ajimat bukan karena kemauan sendiri, tapi karena intuisi (orang biasanya menyebut: ilham) yang dihadirkan dalam diri  ketika terjaga atau mimpi, yang menuntun untuk membuat ajimat dihari sekian, tanggal sekian. Dan beberapa hari kemudian setelah ajimat selesai dibuat, datanglah orang yang membutuhkannya. Saat itulah saya berikan ajimat tersebut. Ini hanya sekedar contoh, tidak selalu melulu seperti itu.

Dengan tuntunan dari ilham dan visi inilah maka tidak ada azimat rajah yang dibuat  dengan sia-sia. Artinya sia-sia: tidak pernah digunakan, hanya mengganggur disimpan dalam lemari dan akhirnya malah dikeramatkan. Ini yang berbahaya (syirik). Jadi membuat azimat/rajah itu hanya ketika diperlukan saja, baik untuk diri pribadi atau orang lain yang membutuhkan disaat yang tepat.

Ketika azimat tidak lagi diperlukan, jangan membuangnya, tapi musnahkanlah dengan cara dibakar sampai jadi abu. Karena bila dibuang ditempat sampah, hal tersebut dianggap merendahkan asma suciNYA. Tidak selayaknya lafal asma suciNYA terbuang ditempat kotor.

Bagi saya, Azimat / rajah hanya sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mulai dari sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu keagungan dari asma suciNYA.

Cara Kedua
  • Suci Badan (berwudhu)
  • Jangan Bercakap-cakap saat menulis
  • Menahan Nafas saat menulis rajah, kalau bernafas berhenti tulis rajah, baru lanjutkan
  • Lidah ditekuk ke atas saat menulis
  • Membaca Doa 3 x sebelum menulis, doanya :
“Bismillahir rohmanir rohim.
Qul uhiya ilay’ya anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi
Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof”
  • Baru menulis Rajah.

Tempat Menulis Rajah
  • Tempat menulis rajah haruslah di tempat yang sunyi tanpa gangguan manusia dan lain-lain.
  • Harus di lakukan di tempat yang sunyi dan gelap atau bilik khas.
  • Konsentrasi ketika menulis rajah jika ada benda menggangu seperti kereta lalu dan lain-lain jangan di pandang, teruskan menulis rajah.

Pemilihan Waktu Tepat Membuat Azimat

Untuk pemilihan waktu pembuatan azimat, tergantung dari jenis azimat yang akan dibuat. Misalnya Jenis azimat keselamatan, pagar ghaib, perlindungan, hari yang baik adalah malam Jumat (Kliwon).
Untuk jenis azimat kerezekian, pelarisan usaha dan sejenisnya, dibuat pada hari Kamis (Legi).

Untuk jenis azimat pengasihan dan kasih sayang, dibuat pada hari Kamis atau Selasa (Kliwon). Dan lain-lain, intinya semua disesuaikan dengan jenis azimatnya.
Dikeranakan harus disesuaikan dengan waktu, maka pembuatan azimat memang tidak bisa dibuat setiap hari. Ini seperti halnya dalam Mantra-Aji Jawa, telah ditentukan harinya untuk memulai ritual/puasanya. Misalnya Ajian Bandung Bondowoso, ritualnya Nglowong yang dimulai hari Sabtu Kliwon. Ajian Kulhu Sungsang, ritual Patigeni dimulai hari Selasa Kliwon dsb. Jika menulis rajah tidak dijadikan sebagai azimat, misalnya hanya untuk terapi penyembuhan (rajah direndam dalam air) maka rajah tersebut boleh ditulis bila saja saat memerlukannya.

Arah Memandang
Segi pandang yang terbaik saat membuat azimat adalah menghadap kiblat. Karena semulia-mulia arah adalah Qiblat. Namun tidak mutlak selalu demikian, disesuaikan dengan jenis rajah dan kondisinya.

Doa yang dipanjatkan
1.    Sebelum melakukan penulisan rajah diawali membaca doa ini 3 x:“Bismillahir rohmanir rohim. Qul uhiya ilay’ya anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof”
2.    Kemudian dilanjutkan dengan melakukan meditasi sejenak (menjalin energi ghaib) setelah itu baru dilakukan penulisan rajah.
3.    Rajah yang telah selesai ditulis kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak mudah rusak dan kotor apabila dibawa-bawa.
                        Saat akan melipat atau membungkus Rajah bacalah :
·         Surat Al fatihah (1x)
·         Innaa fatahnaa laka fat’ham mubiinaa  (3x)
(Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata)
·         Nasrun minallahi wa fat’hun qoribun, wa bas’syiril mu’miniin (3x)
(Artinya: Pertolongan dari Allah dan kemengan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman)
·         Allohuma sholi ala sayidina muhammadin (3x)
(Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada junjungan kami Muhammad)
·         Astagfirullah hal ‘adhim (3x)
(Artinya: Aku memohan ampun kepada Allah Yang Maha Agung)
·         Laa illaaha illaallah (3x)
(Artinya: Tidak ada Tuhan selain Allah)
·         Inna taqorruban ilallohil aliyyil adhim (3x)
(Artinya: Bahwasanya ini merupakan taqorrub kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)

Demikian Tatacara pembuatan ajimat. Memang dalam pandangan sebagian orang, cara ini terkesan ribet, tidak praktis, harus menunggu hari-hari tertentu. Namun demikianlah tuntunan ilmu yang kami amalkan, jadi ini bukan sekedar teori seperti dibuku-buku mujarobat. Dengan dasar intuisi yang kuat (semacam ilham) dan kewaskitaan (Visi) maka pembuatan ajimat menjadi tidak sulit.

Sebagai gambaran seperti berikut: Saya pribadi membuat ajimat bukan karena kemauan sendiri, tapi karena intuisi (orang biasanya menyebut: ilham) yang dihadirkan dalam diri  ketika terjaga atau mimpi, yang menuntun untuk membuat ajimat dihari sekian, tanggal sekian. Dan beberapa hari kemudian setelah ajimat selesai dibuat, datanglah orang yang membutuhkannya. Saat itulah saya berikan ajimat tersebut. Ini hanya sekedar contoh, tidak selalu melulu seperti itu.

Dengan tuntunan dari ilham dan visi inilah maka tidak ada azimat rajah yang dibuat  dengan sia-sia. Artinya sia-sia: tidak pernah digunakan, hanya mengganggur disimpan dalam lemari dan akhirnya malah dikeramatkan. Ini yang berbahaya (syirik). Jadi membuat azimat/rajah itu hanya ketika diperlukan saja, baik untuk diri pribadi atau orang lain yang membutuhkan disaat yang tepat.

Ketika azimat tidak lagi diperlukan, jangan membuangnya, tapi musnahkanlah dengan cara dibakar sampai jadi abu. Karena bila dibuang ditempat sampah, hal tersebut dianggap merendahkan asma suciNYA. Tidak selayaknya lafal asma suciNYA terbuang ditempat kotor.

Bagi saya, Azimat / rajah hanya sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mulai dari sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu keagungan dari asma suciNYA.

Cara Kedua
  • Suci Badan (berwudhu)
  • Jangan Bercakap-cakap saat menulis
  • Menahan Nafas saat menulis rajah, kalau bernafas berhenti tulis rajah, baru lanjutkan
  • Lidah ditekuk ke atas saat menulis
  • Membaca Doa 3 x sebelum menulis, doanya :
“Bismillahir rohmanir rohim.
Qul uhiya ilay’ya anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi
Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof”
  • Baru menulis Rajah.

Tempat Menulis Rajah
  • Tempat menulis rajah haruslah di tempat yang sunyi tanpa gangguan manusia dan lain-lain.
  • Harus di lakukan di tempat yang sunyi dan gelap atau bilik khas.
  • Konsentrasi ketika menulis rajah jika ada benda menggangu seperti kereta lalu dan lain-lain jangan di pandang, teruskan menulis rajah.


  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengunjungi Makam Wali Allah, Sultan Suriansyah

Makam Sultan Suriansyah   S ultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yan...